Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengalami defisit hingga US$ 510 miliar (Rp 7.900 triliun) pada kuartal IV (Q4) 2024. Ini terkuak dari laporan Departemen Keuangan AS, Kamis waktu setempat.
Untuk periode ini, total defisit anggaran naik US$ 129,4 miliar (Rp 2.010 triliun) atau 52% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Lonjakan defisit mendorong total utang pemerintah melampaui US$ 34 triliun (Rp 589 ribu triliun) untuk pertama kalinya.
Dibandingkan tahun lalu, yang mengalami defisit akhir sebesar US$ 1,7 triliun, anggaran Negeri Paman Sam di tahun 2024 diprediksi akan berjalan lebih panas.Hal ini bukan tanpa alasan.
Kekurangan pada bulan Desember, yang masuk dalam tahun fiskal 2024, lebih tinggi sebesar lebih dari US$ 34 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Ini didorong oleh pembayaran Jaminan Sosial dan biaya bunga yang lebih tinggi.
"Jika laju seperti ini terus berlanjut, tahun 2024 akan berakhir dengan defisit lebih dari US$ 2 triliun," lapor CNBC International, Jumat (12/1/2024).
Walau terjadi defisit yang melebar, pemerintahan Presiden Joe Biden memberikan jaminan bahwa Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang diusungnya akan membawa dampak baik bagi anggaran. Ia berdalih selain mengurangi harga, aturan tersebut akan mengurangi defisit "ratusan miliar".
Sementara tingkat inflasi telah turun, data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan indeks harga konsumen meningkat lagi sebesar 0,3% pada bulan Desember. Ini mendorong tingkat inflasi 12 bulan naik menjadi 3,4%, di atas target Federal Reserve sebesar 2%.
Dengan kenaikan suku bunga seiring The Fed memerangi inflasi, biaya pendanaan pemerintah pada tahun 2023 berjumlah hampir US$ 660 miliar. Utang sebagai persentase terhadap produk domestik bruto naik menjadi 120% pada kuartal ketiga tahun 2023. [SB]