Perdana Menteri (PM) Emmanuel Macron pada Rabu (17/1/2024) menjelaskan alasan Perancis tak bergabung dengan AS-Inggris dalam menyerang Yaman dengan target Houthi.
Dia menyebut, Perancis tidak bergabung dengan koalisi Inggris-AS karena Paris khawatir akan terjadi eskalasi.
"Perancis telah memutuskan untuk tidak bergabung dengan koalisi yang telah melakukan serangan pre-emptive terhadap Houthi di wilayah mereka. Mengapa? Justru karena kami memiliki posisi yang berusaha menghindari eskalasi," kata Macron kepada wartawan, dikutip dari AFP.
Ia menekankan bahwa masalahnya bukanlah "militer", melainkan "diplomatik".
Seperti diketahu, Amerika Serikat dan Inggris telah melancarkan serangan udara terhadap sejumlah basis Houthi di Yaman dengan tujuan untuk menghalau serangan kelompok yang didukung Iran tersebut terhadap kapal-kapal kargo yang berlayar melintasi Laut Merah.
Serangan tersebut didukung oleh sejumlah sekutu AS dan Inggris. Rudal diluncurkan pada Kamis (11/1/2024) malam hingga Jumat (12/1/2024), menghantam puluhan lokasi--dengan sejumlah korban dilaporkan.
Kelompok Houthi mengatakan, mereka tak tergoyahkan oleh serangan-serangan tersebut, tetapi AS berpendapat bahwa serangan tersebut telah merusak kemampuan militer kelompok itu.
Apa sasaran serangan AS dan Inggris?
AS mengeklaim telah melakukan serangan yang disengaja terhadap lebih dari 60 sasaran di 16 lokasi Houthi yang didukung Iran.
Pentagon mendeskripsikan target serangannya antara lain sistem radar, tempat penyimpanan dan peluncuran drone, fasilitas penyimpanan dan peluncuran rudal, serta pusat komando dan kendali Houthi.
Serangan dilaporkan terjadi di ibu kota Yaman, Sana'a--yang dikuasai Houthi--serta pelabuhan Houthi di Hodeidah, Dhamar, dan markas kelompok tersebut di barat laut Saada.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, serangan Inggris terjadi Bani yang terletak di barat laut Yaman--yang menurut Kementerian Pertahanan merupakan lokasi peluncuran rudal dan drone.
Secara keseluruhan, terjadi 72 serangan, menurut juru bicara militer Houthi. [SB]