Korea Selatan diterpa penurunan angka kelahiran gegara banyak warganya memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak. Laporan dari lembaga penelitian negara yang terbit pada Rabu (3/1/2024) mencatat, faktor terbesar warga Korsel ogah punya anak adalah mahalnya biaya perumahan.
Hal itu terungkap dalam analisis berkenaan dengan faktor ekonomi dan tenaga kerja. Melalui risetnya, para peneliti di Korea Research Institute for Human Settlements menganalisis pola angka kelahiran di negara tersebut, menggunakan data dari Statistics Korea.
Mereka menemukan, penurunan angka kelahiran terjadi sangat besar selama biaya perumahan meningkat. Mereka mencatat bahwa angka kelahiran cenderung tidak banyak berubah ketika harga rumah stabil.
Menggunakan model data panel dinamis, para peneliti menemukan korelasi antara tingkat kesuburan total atau jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita hingga akhir masa suburnya sejalan dengan tingkat kesuburan spesifik usia yang berlaku. Beberapa faktor yang disorotinya yakni harga rumah, harga sewa, biaya pendidikan swasta, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.
Biaya tempat tinggal, termasuk biaya membeli atau menyewa rumah, merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi apakah pasangan suami istri akan memiliki anak pertama, kedua, atau ketiga. Para peneliti menemukan, kenaikan harga rumah sebesar 1 persen dalam setahun menyebabkan penurunan tingkat kesuburan total sebesar 0,00203, dan kenaikan harga sewa sebesar 1 persen menyebabkan penurunan sebesar 0,00247.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa 30,4 persen keputusan pasangan menikah untuk memiliki anak pertama disebabkan oleh biaya tempat tinggal, diikuti oleh angka kelahiran pada tahun sebelumnya, sebesar 27,9 persen.
Untuk anak kedua, biaya perumahan mempengaruhi 28,7 persen keputusan keluarga, diikuti oleh angka kelahiran tahun sebelumnya sebesar 28,4 persen. Angka anak ketiga masing-masing sebesar 27,5 persen dan 26,1 persen.
"(Pemerintah) harus mengambil kebijakan sehingga pengantin baru yang mengalami kesulitan finansial dapat memperoleh rumah tanpa mengambil pinjaman dalam jumlah berlebihan," tulis para peneliti dikutip dari The Korea Herald, Kamis (4/1). Sembari ditegaskannya, salah satu kunci untuk mengatasi rekor tingkat kesuburan yang rendah di Korea Selatan adalah mengatasi masalah biaya perumahan.
Diketahui, angka kelahiran di Korea Selatan mencapai angka terendah yakni 0.78 pada 2022. Banyak ahli menyoroti, jika kondisi tersebut tak segera ditindaklanjuti dengan langkah tepat, ada kemungkinan tingkat pertumbuhan Korea terus menurun hingga di bawah nol pada 2050 mendatang.
Institut Penelitian Ekonomi Bank of Korea bahkan memprediksi, jika kondisi anjloknya angka kelahiran ini terus berlangsung, total populasi akan turun mencapai di bawah 40 juta jiwa pada 2070.