Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ahli Sebut Israel Tak Punya Rencana Setelah Ratakan Gaza

Januari 08, 2024 Last Updated 2024-01-08T08:59:04Z



Setelah peristiwa penyerangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, para pejabat Israel terus mengatakan negaranya berniat untuk mengusir kelompok tersebut dari Jalur Gaza, baik secara militer maupun politik.


Namun di luar serangan balik yang masif dan tanpa henti, Israel disebut belum memiliki rencana setelah perang berakhir nantinya. Para diplomat Barat mengatakan sedang melakukan diskusi intensif dengan Israel mengenai hal tersebut, namun sejauh ini belum ada kejelasan.


"Anda tidak dapat mendorong langkah bersejarah seperti ini tanpa adanya rencana untuk hari berikutnya," kata Michael Milshtein, ketua Forum Studi Palestina di Moshe Dayan Centre, Universitas Tel Aviv, seperti dikutip BBC, Senin (30/10/2023).


Milshtein, mantan kepala Departemen Urusan Palestina di Intelijen Militer Israel, khawatir bahwa perencanaan baru saja dimulai. "Anda harus melakukannya sekarang," katanya.


"Sama sekali tidak ada rencana yang pasti. Anda dapat membuat sketsa beberapa ide di atas kertas, namun mewujudkannya membutuhkan diplomasi berminggu-minggu, berbulan-bulan."


Ada rencana militer, mulai dari merendahkan kemampuan militer Hamas hingga mengambil alih sebagian besar Jalur Gaza. Namun mereka yang memiliki pengalaman panjang dalam menangani krisis-krisis sebelumnya mengatakan bahwa hal tersebut hanya sebatas perencanaan saja.


"Saya rasa tidak ada solusi yang layak dan bisa diterapkan untuk Gaza sehari setelah kami mengevakuasi pasukan kami," kata Haim Tomer, mantan perwira senior di dinas intelijen luar negeri Israel, Mossad.


Menurutnya, warga Israel sepakat bahwa Hamas harus dikalahkan. Serangan pada 7 Oktober terlalu mengerikan dan organisasi tersebut tidak boleh lagi diizinkan untuk menguasai Gaza.


Namun Milshtein mengatakan itu hanyalah sebuah gagasan, di mana Hamas bukan sesuatu yang bisa dihapus begitu saja oleh Israel.


"Ini tidak seperti Berlin pada tahun 1945, ketika Anda mengibarkan bendera di atas Reichstag dan begitulah," katanya.


Hal yang sama juga disampaikan Mustafa Barghouti, presiden Inisiatif Nasional Palestina. "Hamas adalah organisasi akar rumput yang populer. Jika mereka ingin menyingkirkan Hamas, mereka harus membersihkan seluruh Gaza secara etnis," katanya.


Sementara bagi populasi yang sebagian besar terdiri dari pengungsi - mereka yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka ketika Israel didirikan - memikirkan kembali pengalaman traumatis tentang eksodus massal pada tahun 1948 silam.


"Kabur berarti tiket sekali jalan," kata Diana Buttu, mantan juru bicara Organisasi Pembebasan Palestina. "Itu tidak berarti kembali." [SB]


×