Kecerdasan buatan atau AI dikembangkan sedemikian rupa hingga dapat memperkirakan kapan seseorang akan meninggal dunia dengan akurasi yang tepat.
Sebuah studi yang menggunakan teknologi AI atau yang disebut model transformator, menganalisis kehidupan manusia dengan merepresentasikan setiap orang sebagai rangkaian peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka.
Sune Lehmann, penulis utama studi ini mengatakan, mereka menggunakan rangkaian peristiwa kehidupan untuk memprediksi kehidupan manusia.
Dalam laporan tersebut, profesor jaringan dan sistem kompleks dari Technical University of Denmark, dan rekan penulisnya memperkenalkan algoritma yang dikenal sebagai "life2vec".
Model AI itu menggunakan perincian tertentu dari kehidupan seseorang termasuk pendapatan, profesi, tempat tinggal dan riwayat kesehatan, untuk menentukan angka harapan hidup dengan akurasi 78%.
"Kami menggunakan fakta bahwa dalam arti tertentu, hidup manusia memiliki kesamaan dengan bahasa," kata Lehmann, dikutip dari New York Post, Jumat (22/12/2023).
"Sama seperti kata-kata yang mengikuti satu sama lain dalam kalimat, peristiwa-peristiwa saling mengikuti satu sama lain dalam kehidupan manusia," imbuhnya.
life2vec memprediksi hampir sempurna siapa saja yang meninggal pada tahun 2020
Berbeda dengan ChatGPT, life2vec dapat menghitung kehidupan seorang pria atau wanita dengan memeriksa masa lalu mereka.
Model AI ini diklaim dapat memprediksi hampir semua hal. Lehmann menyebut, tim penelitinya juga menggunakan program khusus untuk meramalkan kepribadian dan keputusan seseorang dalam mengambil tindakan internasional.
"Kami memperkirakan kematian karena hal ini merupakan sesuatu yang telah dilakukan orang selama bertahun-tahun [misalnya, oleh perusahaan asuransi]. Sehingga kami memiliki gambaran yang baik tentang apa yang mungkin terjadi," ujarnya.
Tingkat Akurasinya 75 persen
Tim Lehmann meneliti populasi subjek yang heterogen sebanyak 6 juta orang Denmark dengan jenis kelamin dan usianya bervariasi, antara tahun 2008 dan 2020.
Para analis menggunakan life2vec untuk menemukan subjek mana yang kemungkinan akan hidup setidaknya empat tahun setelah 1 Januari 2016.
"Kita dapat mengamati bagaimana kehidupan individu berkembang dalam berbagai jenis peristiwa (informasi tentang serangan jantung bercampur dengan kenaikan gaji atau informasi tentang perpindahan dari perkotaan ke pedesaan)."
Para peneliti memberikan informasi khusus AI pada setiap peserta penelitian, dengan menggunakan bahasa sederhana seperti "Pada bulan September 2012, Francisco menerima 20.000 kroner Denmark sebagai penjaga di sebuah kastil di Elsinore" atau "Selama tahun ketiganya di sekolah asrama menengah, Hermione mengikuti lima kelas pilihan.".
Mereka kemudian menetapkan token digital yang berbeda untuk setiap bagian data, yang semuanya dikategorikan secara spesifik. Misalnya, patah tulang lengan bawah direpresentasikan sebagai S52; bekerja di toko tembakau diberi kode IND4726, pendapatan diwakili oleh 100 token digital berbeda; dan perdarahan postpartum O72.
Dengan menggunakan informasi yang diberikan, life2vec memprediksi hampir sempurna siapa saja yang meninggal pada tahun 2020.
Berdasarkan penelitian, beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap kematian dini termasuk jenis kelamin laki-laki, memiliki diagnosis kesehatan mental, atau memiliki profesi yang terampil.
Faktor seperti, mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi atau menduduki peran kepemimpinan, juga terkait dengan umur yang lebih panjang.
"Skala kumpulan data kami memungkinkan kami membangun representasi tingkat urutan lintasan kehidupan individu manusia, yang memerinci bagaimana setiap orang bergerak sepanjang waktu," demikian tulis laporan tersebut. [SB]