Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ungkap Kelemahan Besar Israel, Mayor Jenderal IDF: Pasukan Radwan Hizbullah Bisa Acak-acak Haifa

Desember 01, 2023 Last Updated 2023-12-01T07:00:24Z

 

Pasukan milisi perlawanan Hizbullan Lebanon dalam sebuah latihan tempur di Desa Aaramta, Distrik Jezzine, Lebanon Selatan, Minggu (21/5/2023). 

Mayor Jenderal Yitzhak Brick, seorang petinggi dan pimpinan di pasukan cadangan Tentara Israel (IDF), menyatakan kekhawatirannya tentang operasi militer IDF di Jalur Gaza utara.

Kekhawatiran Brick tersebut, menurut media Israel, terkait aktivitas Hamas yang masih berlangsung 'lancar' meski Israel sudah melakukan bombardemen dan invasi darat skala besar ke Gaza selama sekitar 50 hari sebelum gencatan senjata.

“Hamas memindahkan tahanan dari wilayah yang seharusnya berada di bawah kendali tentara di utara Gaza,” kata Brick.




Melihat Hamas yang melenggang bebas di Gaza, pasukan pendudukan Israel, kata Brick, masih jauh dari kata sukses soal tujuan operasi militer mereka di Gaza.

Brick juga menyoroti kalau Hamas “masih memiliki puluhan ribu pejuang, sementara IDF justru membutuhkan rehabilitasi setelah perang selama beberapa waktu ini.

IDF Keteteran Hadapi Perang Multi-Front


Dalam pengakuannya, Brick menyatakan kalau militer Israel tidak memiliki kapasitas untuk menangani perang di berbagai lini secara bersamaan.



Seperti diketahui, invasi IDF selalui didahului oleh bombardemen serangan udara yang mengakibatkan kerusakan besar.

Jika pasca-gencatan senjata Israel menyatakan ingin memperluas operasi militer ke selatan Gaza, itu artinya wilayah yang mereka tunjuk sendiri sebagai lokasi pengungsian warga Gaza utara, juga akan rata tanah.

Menurut Brick, invasi yang didahului serangan udara adalah taktik militer yang wajib dilakukan IDF.

Dia memperingatkan, jika meratakan rumah dilarang, maka tentara Israel akan masuk tanpa dukungan (pasukan) udara dan artileri.

"Sehingga akan mengakibatkan lebih banyak korban di pihak kami,” kata Brick.

Tempat Sandera Israel Sudah Dijejali IDF, Hamas Tetap Tak Terlihat

Media Israel melaporkan pada Minggu (26/11/2023) kalau para tawanan Israel yang dibebaskan Hamas, ditahan di bagian utara Jalur Gaza.

Hal ini menjadi catatan penting karena Gaza Utara adalah wilayah utama invasi darat tentara pendudukan Israel yang fokus melalukan bombardemen sejak perang dilancarkan hampir sebulan yang lalu.

Sebelumnya juga pada Minggu, outlet berita Israel mengatakan para tawanan yang dibebaskan oleh Hamas pada Sabtu dipindahkan dari Kota Gaza di hadapan penduduk kota tersebut.

Hal ini menunjukkan kalau selama ini berarti para sandera Israel ditahan di tempat tentara IDF beroperasi.


“Meskipun tentara Israel telah menguasai wilayah di Jalur Gaza utara, kehadiran Hamas tetap kuat,terutama dengan jaringan terowongan bawah tanah yang memungkinkan para pejuang untuk tinggal di dalamnya selama beberapa bulan,” kata perwira tersebut.

Mengomentari situasi saat ini di Jalur Gaza, media Israel menyatakan kalau "dari sudut pandang praktis, tentara Israel kalah," dan menambahkan bahwa "ada masalah yang sedang dihadapi pasukan [Israel] di Gaza selama gencatan senjata."

Di antara tantangan-tantangan ini adalah ketidakmampuan untuk melemahkan Hamas meskipun IDF sudah melakukan pemboman besar-besaran, yang diluncurkan bersamaan dengan pengepungan dan blokade total.

Menyusul pengumuman gencatan senjata, media Israel mengatakan pada Senin. "Siapa pun yang berduka atas Hamas harus melihat hari ini; setelah 49 hari bertempur, Hamas telah membuktikan bahwa mereka tetap kuat dan menguasai Gaza."


Pasukan Radwan Bisa Acak-acak Haifa


Adapun Mayor Jenderal Yitzhak Brick, lebih jauh mengungkapkan kelemahan lain dari pertahanan Israel.

Dia mengungkapkan keheranannya atas tidak pecahnya perang dalam konfrontasi baru-baru ini antara milisi perlawanan Lebanon dan pendudukan Israel di perbatasan utara.


Brick berkomentar, saat Hamas menyerang pada 7 Oktober 2023 lewat Operasi Banjir al-Aqsa, Israel dalam posisi sangat rentan di perbatasan

Unit khusus Hizbullah, Pasukan Radwan, kata dia, akan secara mudah memasuki wilayah Israel di perbatasan. 

“Merupakan keajaiban bahwa perang tidak meletus dan Pasukan Radwan tidak masuk pada hari itu,” katanya tentang tanggal 7 Oktober.

Ia mengatakan Pasukan Radwan berpotensi masuk dan mengacak-acak Haifa dan Tabarayya, dua Kota Israel, karena tidak ada pertahanan di front utara.

Pada saat yang sama, katanya, Pasukan Radwan bisa saja menargetkan seluruh infrastruktur.


“(Jika itu terjadi) Pada saat itu, Israel sudah tidak ada lagi,” menganalisis dampak kerusakan jika saat itu Pasukan Radwan benar-benar menyerang.

Brick menyimpulkan dengan menyatakan kalau "Israel" belum bersiap menghadapi perang regional dalam 20 tahun terakhir.

“Ketika ribuan rudal dari Yaman dan Iran mencapai wilayah Israel, kami tidak memiliki kemampuan untuk menghentikannya,” kata dia.(tribun)
×