Senjata pamungkas bunglon untuk menghindari musuh adalah menyamarkan dirinya dengan mengubah warna kulit sesuai tempat ia berada. Rahasia kemampuan ini ternyata bukan terletak pada pigmen kulit melainkan pada nanokristal di kulitnya.
Jadi, di bawah kulit terluar bunglon terdapat nanokristal spesial. Nanokristal ini memantulkan cahaya dan perubahan ruang antara kristal juga mengubah cahaya apa yang dipantulkan ke mata kita.
Dalam jurnal Nature Communication, tim peneliti menjabarkan hasil penelitian dari kemampuan menakjubkan bunglon tersebut.
Bunglon Panther adalah salah satu spesies bunglon yang paling penuh warna. Hewan ini berasal dari Madagaskar, tempat hidup setengah dari 150 spesies bunglon yang ada di dunia.
Pada awalnya, banyak yang berasumsi bahwa perubahan warna kulit bunglon Panther berasal dari pergerakan pigmen di dalam sel bernama kromatofora. Namun, tim penelitian yang dipimpin oleh Michel Milinkovitch dari University of Geneva meragukan hal itu.
Dengan memakai alat spektroskopi pada kulit bangsa kadal itu, para ilmuwan mendapati satu lapisan sel yang disebut iridophore. Lapisan ini mengandung nanokristal yang terbuat dari guanine.
Ketika bunglon sedang bersemangat atau mengantisipasi marabahaya, sel iridophore melebar sehingga nanokristal merefleksikan tingkatan beragam dari cahaya. Dari sinilah warna kulit bunglon bisa berubah.
Tim Milinkovitch menggunakan kombinasi mikroskop, video beresolusi tinggi, dan model numerik berbasis warna untuk mencapai hasil penelitian ini.
Hasil penelitiannya, warna hijau pada tubuh bunglon bisa berubah menjadi kuning atau jingga, belang biru berubah keputih-putihan, dan warna merah pada kulit menjadi semakin terang.
Menurut penelitian, nanokristal merefleksikan jarak gelombang yang lebih panjang, seperti warna kuning, merah, dan jingga. Semuanya tergabung dengan warna biru untuk menghasilkan warna yang berbeda.
"Sementara saat kulit bunglon dalam kondisi kendur, nanokristal dalam sel iridophore sangat dekat satu sama lain, maka sel-sel tersebut secara khusus merefleksikan jarak gelombang yang pendek, salah satunya warna biru," ujar Milinkovitch. [SB]