Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Senjata Terlarang Tiba di Ukraina, Pasukan Rusia Tamat?

Desember 20, 2023 Last Updated 2023-12-20T02:20:18Z



Ukraina telah menerima bom cluster dari Amerika Serikat (AS), amunisi yang dilarang di lebih dari 100 negara. Kyiv berjanji hanya menggunakannya untuk mengusir konsentrasi tentara musuh.


Valeryi Shershen, juru bicara Tavria, atau distrik militer selatan, mengonfirmasi pengumuman oleh komandannya bahwa senjata itu telah tiba seminggu setelah Amerika Serikat mengatakan akan mengirimkannya sebagai bagian dari paket keamanan senilai US$ 800 juta. Pentagon juga mengumumkan kedatangan mereka.


Moskow telah mengecam pengiriman tersebut. Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memperingatkan pada hari Kamis bahwa Rusia dapat menggunakan persenjataan serupa jika dihadapkan dengan penggunaannya.


Para pejabat Ukraina mengatakan pengerahan mereka dibenarkan mengingat penambangan Rusia di lahan luas yang telah direbutnya.


Ukraina telah melancarkan serangan balasan lebih dari 500 hari setelah perang, dengan fokus pada merebut kelompok desa di tenggara dan merebut kembali daerah di sekitar kota timur Bakhmut, yang direbut oleh pasukan Rusia pada Mei setelah pertempuran berbulan-bulan.


"Ini akan makin mendemotivasi pasukan pendudukan Rusia dan secara mendasar mengubah hal-hal yang mendukung angkatan bersenjata Ukraina," kata Shershen kepada Liberty Radio yang didanai AS sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (14/7/2023).


Amunisi, katanya, akan digunakan secara ketat dalam kerangka hukum, "hanya untuk deokupasi wilayah kami."


"Mereka tidak akan digunakan di wilayah Rusia. Mereka hanya akan digunakan di daerah di mana pasukan militer Rusia terkonsentrasi untuk menerobos pertahanan musuh," tuturnya.


Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan kembali jaminan Ukraina selama KTT NATO pada Rabu.


Adapun bom itu biasanya melepaskan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh tanpa pandang bulu di area yang luas. Mereka yang gagal meledak menimbulkan bahaya selama beberapa dekade.


Masing-masing pihak menuduh pihak lain menggunakan bom itu dalam konflik yang diluncurkan oleh invasi Rusia pada Februari 2022.


Human Rights Watch mengatakan Moskow dan Kyiv telah menggunakan bom tersebut. Adapun, Rusia, Ukraina, dan AS belum menandatangani Konvensi Munisi Cluster, yang melarang produksi, penimbunan, penggunaan, dan transfer senjata.


Keputusan untuk mengirim amunisi ke Ukraina telah ditentang oleh Spanyol dan Kanada, sementara Inggris mengatakan itu adalah bagian dari konvensi yang melarang penggunaan senjata. Beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat AS juga menyampaikan kekhawatiran mereka.


Analis militer Ukraina Oleskander Musyenko mengatakan dia menganggap senjata itu akan digunakan di selatan karena komandan daerah itu telah mengumumkan kedatangan mereka.


"Kami dapat mengatakan bahwa di selatan direncanakan untuk menembus dan menghancurkan benteng garis pertahanan musuh," kata Musiyenko kepada televisi Ukraina. "Saya pikir munisi tandan akan memperluas kemampuan pasukan kita."


Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan pasukan Ukraina membuat kemajuan di selatan, memaksa pasukan musuh untuk ditempatkan kembali. Dekat Bakhmut, pasukan Ukraina memperoleh keuntungan di selatan kota, tetapi menghadapi lebih banyak kesulitan di utara. [SB]



×