China terus memikirkan cara baru untuk mengembangkan teknologi lokal dan memasukkannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satunya mengembangkan teknologi robot terbang atau yang dikenal sebagai drone.
Teknologi drone memang bukanlah sesuatu yang baru. Namun, pemerintahan Xi Jinping ingin memperluas penggunaannya, bukan hanya sekedar untuk hobi atau menunjang aktivitas militer.
Drone mendorong terciptanya cara baru untuk bepergian hingga melakukan pelayanan pada masyarakat. Misalnya untuk keperluan logistik, seperti pengantaran paket dan makanan.
Ke depan, industri drone ditargetkan akan berkontribusi besar terhadap perekonomian China, atau diistilahkan 'low-altitude economy'.
Pemerintah menjadikan low-altitude economy sebagai salah satu prioritas. Menurut pakar, low-altitude economy bisa berkontribusi sebesar 3-5 triliun yuan (Rp 6.500-10.800 triliun) di China pada 2025 mendatang.
Secara angka, jumlah drone yang ada juga cukup banyak. Tercatat ada 1,11 juta drone sipil terdaftar dan lebih dari 182 ribu lisensi pilot diterbitkan, dikutip dari Gizmochina, Kamis (21/12/2023).
Pangsa pasar drone asal China juga mendominasi dunia, mencapai lebih dari 70% penjualan global.
Namun ini juga bukan hanya soal angka. Melainkan menawarkan lompatan baru dengan memanfaatkan kekuatan teknologi informasi dan sistem yang lebih cerdas.
Sektor drone diharapakan dapat mendorong investasi serta menawarkan keuntungan besar. Termasuk juga menjanjikan terobosan dalam pembangunan perkotaan, karena kebutuhan inovasi baru saat kota-kota makin padat. [SB]