Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negara-negara Barat yang memperkirakan Rusia akan runtuh telah mengambil tindakan yang salah dan seharusnya membiarkan perekonomian mereka mendapat manfaat dari kerja sama.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah menargetkan Rusia dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya menghukum Moskow atas perang di Ukraina. Namun, Rusia belum 'runtuh' sebagaimana diharapkan oleh sebagian negara-negara Barat.
Putin mengangkat masalah ini dalam pertemuan Dewan Pembangunan Strategis dan Proyek Nasional, di mana ia menggambarkan hubungan dagang Rusia yang berkembang pesat dengan negara-negara non-Barat.
"Sudah waktunya bagi mereka [para pemimpin Barat] untuk berhenti bersikap bodoh dan menunggu kita runtuh. Semua orang kini menyadari bahwa jika mereka ingin mendapat manfaat dari kerja sama dengan Rusia, mereka harus melakukannya," katanya, Kamis (21/12/2023), dilansir Russia Today.
Negara-negara Barat mempunyai pilihan antara mengikuti "pertimbangan sesaat" yang memotivasi mereka untuk melakukan penghancuran Rusia dan "kepentingan negara dan masyarakat mereka sendiri," yang memerlukan kerja sama berdasarkan "fondasi baru dunia multipolar," kata Putin.
Moskow telah mengatasi serangan ekonomi Barat dengan mengarahkan kembali perekonomiannya ke arah perdagangan dengan negara-negara yang menolak bergabung dengan kampanye sanksi yang dipimpin Washington, termasuk negara-negara besar di Asia, seperti China dan India.
Rusia juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan yang dikontrol Barat, dengan beralih ke metode pembayaran alternatif dan mata uang nasional dalam perdagangan.
Selama kunjungannya ke Beijing pada Selasa, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan dolar AS hampir sepenuhnya tergantikan dalam perdagangan dengan China.
Sementara itu, negara-negara Uni Eropa (UE) mengalami lonjakan harga energi setelah menolak pasokan Rusia untuk mengurangi ketergantungan dan mengurangi keuntungan Moskow.
Secara khusus, gas alam pipa Rusia telah digantikan dengan gas alam cair (LNG) yang lebih mahal, yang sebagian besar bersumber dari AS dan Qatar. Menurut laporan Kommersant awal bulan ini, Rusia juga merupakan salah satu pemasok LNG Eropa dan telah mencapai rekor pengiriman pada tahun ini.
Beberapa pemilik pabrik di Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di UE, terpaksa tutup karena meningkatnya biaya operasional. Badan kredit reformasi kredit melaporkan bulan ini bahwa mereka memperkirakan 18,100 perusahaan Jerman akan mengajukan kebangkrutan tahun ini, menandai peningkatan sebesar 23,5% dibandingkan dengan 2022. [SB]