Bencana kemanusian di Gaza makin parah. Badan bantuan PBB UNICEF mengatakan orang tua di wilayah kantung tersebut tidak punya pilihan selain memberikan anak-anak mereka air asin.
Toby Fricker, juru bicara badan tersebut, mengatakan kekurangan pangan dan sumber daya lain yang terjadi di Gaza bahkan sebelum konflik saat ini "meningkat ke tingkat yang lebih tinggi".
"Salah satu anggota staf kami, dia memiliki anak berusia empat tahun, tujuh tahun, dan dia hanya berusaha menjaga keamanan anak-anak perempuan, agar mereka tetap hidup setiap hari," Senin (30/10/2023).
"Dia berbicara tentang bagaimana mereka hanya minum air asin, dan putrinya berkata, 'Bu, mengapa saya tidak bisa mendapatkan air normal seperti biasanya?'" tambahnya.
Ditanya tentang pasokan bantuan yang kini bisa masuk ke Gaza, Fricker berkata mengatakan ada pasokan yang masuk, tetapi jumlahnya sangat minim.
"Ketika Anda melihat besarnya kebutuhan yang kita miliki di lapangan, seharusnya ada lebih banyak lagi kebutuhan lainnya," jelasnya.
Fricker menyerukan "gencatan senjata kemanusiaan segera" dan meningkatkan pasokan bantuan ke Gaza "secara berkelanjutan".
"Apa yang kita lihat sekarang setiap hari adalah anak-anak terbunuh, anak-anak terluka, menjadi cacat," katanya. "Dan itu adalah hal nomor satu - melindungi kehidupan anak-anak dan menjaga anak-anak tetap hidup."
Sebagai informasi, Israel menutup dan memblokade akses utilitas dan logistik ke Gaza selama menyerang wilayah tersebut. Hal ini memicu kelangkaan bahan-bahan pokok dan melemahnya sektor kesehatan karena kekurangan obat-obatan dan listrik.
Terbaru, masyarakat di jalur Gaza tak bisa terhubung dengan dunia luar. Komunikasi lumpuh imbas serangan udara dan darat dari Israel sejak Jumat (27/10/2023) malam. Sejak Sabtu pagi, komunikasi terputus di jalur Gaza, di mana internet dan layanan telepon tak bisa diakses sama sekali selama lebih dari 12 jam. [SB]