Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara yang terdepan dalam menyokong Israel. Paman Sam bahkan baru-baru ini menggunakan vetonya untuk menolak usulan resolusi gencatan senjata di Gaza di forum Dewan Keamanan (DK) PBB.
Hal ini pun membuat pemerintahan Presiden Joe Biden terkena kecaman dan penolakan dari pihak internasional. China dan Rusia, misalnya, mengkritik standar ganda Amerika dan "hukuman mati" yang dijatuhkan Washington terhadap warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel di masa depan.
Amnesty International mengatakan Washington dengan berani menggunakan dan mempersenjatai hak vetonya untuk memperkuat Dewan Keamanan PBB. Ini "merusak kredibilitasnya" dan menunjukkan "pengabaian yang tidak berperasaan terhadap penderitaan warga sipil dalam menghadapi jumlah korban tewas yang sangat besar".
Akademisi dari Koc University, Tarik Cyril Amar, mengatakan daftar kecaman ini bisa saja bertambah panjang. Terutama jika kita menambahkan suara-suara dari negara-negara berkembang. Menurutnya, ini pun dapat menyudutkan posisi AS di kancah global.
Meski begitu, Tarik mengungkapkan satu pertanyaan yang muncul. Mengapa AS mau mengorbankan kredibilitasnya demi membela Israel yang saat ini dengan sporadis menyerang Gaza yang secara terbuka bertentangan dengan sebagian besar komunitas internasional?
Dalam paparannya yang berjudul "Why can't the US ever say no to Israel?" di kolom RT, Tarik memaparkan posisi AS dalam membela Israel adalah sebuah kebanggaan bagi Washington. Ini tidak terlepas dari perang dunia kedua (PD 2).
"Kebanggaan AS telah ditanamkan karena menjadi salah satu kekuatan yang menjatuhkan Jerman, negara pelaku Holocaust," ujarnya dikutip Jumat (15/12/2023).
Alasan lainnya adalah bagaimana Israel berfungsi sebagai penegak hukum dan pos terdepan hegemoni AS di Timur Tengah dan terkadang di luarnya. Ini bahkan membuat beberapa pemimpin Negeri Paman Sam telah memperkuat komitmennya untuk membela Israel.
"Seperti yang dinyatakan oleh Presiden AS saat ini, Joe Biden pada tahun 1986, ketika ia masih menjadi senator yang ambisius dan pantang menyerah, jika tidak ada Israel, Amerika harus menciptakannya," jelasnya.
Lebih lanjut, Tarik menyebut pengaruh Israel dalam peta politik AS sangatlah besar. Ini dibuktikan dengan bagaimana AS akhirnya menjatuhkan veto untuk gencatan senjata gaza di forum Dewan Keamanan PBB.
"Memang benar bahwa Israellah yang melancarkan serangan paling invasif dan efektif terhadap politik AS dalam sejarah," tambahnya. [SB]