Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Media Asing Tiba-Tiba Sorot Gibran Rakabuming, Ada Apa?

Desember 29, 2023 Last Updated 2023-12-29T07:34:19Z



Nama Gibran Rakabuming Raka seketika menjadi sorotan media asing. Pasalnya, putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto itu mencuri perhatian saat debat yang dilakukan 22 Desember lalu.

Media Singapura, Straits Times, menuliskan bahwa Gibran membungkam para pengkritiknya dengan kinerja debat pemilu yang luar biasa. Gibran disebutkan memberikan beberapa pukulan yang membuat rivalnya, Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD, tertinggal.


Para analis menilai kinerja Gibran di luar ekspektasi. Dengan mencatat pedoman ayahnya, ia menggabungkan pidatonya yang lambat dan terukur dengan jargon teknis untuk membingungkan lawan-lawannya.


Gibran bertanya kepada Mahfud tentang peraturan carbon capture dan storage. Selain itu, ia bertanya kepada Pak Muhaimin tentang SGIE, tanpa menjelaskan bahwa itu adalah akronim dari Negara Ekonomi Islam Global.


"Ini mirip dengan gaya debat Jokowi pada Pilpres 2019, ketika ia menggunakan istilah 'unicorn' dan (saat itu lawannya) Prabowo Subianto tidak memahaminya," kata analis politik lokal Ambang Priyonggo, kepada The Straits Times yang ditulis dalam artikel berjudul 'Jokowi's son and V-P candidate silences critics in debate ahead of Indonesia's polls', dikutip Jumat (29/12/2023).


"Dari segi gaya komunikasi, Gibran mencoba meniru ayahnya, Jokowi. Tampaknya ini merupakan strategi yang menguntungkan, karena memperkuat anggapan bahwa ia dan calon presiden Prabowo Subianto memang 'melanjutkan' kepemimpinan Jokowi," tambah Ambang.


Perdebatan yang sebagian besar terfokus pada isu ekonomi ini juga menunjukkan kelebihan Gibran. Mengingat ia menjabat Wali Kota Solo di Jawa Tengah selama dua tahun terakhir.


Analis politik lain juga dimuat media yang sama. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, mengatakan faktor lain yang membuat Gibran lebih gemilang adalah peran Muhaimin dan Mahfud sebelumnya yang bukan pengambil keputusan.


"Mahfud dan Muhaimin sangat ahli dalam bidang hukum dan agama, namun tidak terlalu mahir dalam bidang ekonomi. Mereka juga bukan pengambil keputusan seperti Gibran. Mereka tidak memberikan solusi kebijakan yang melibatkan pemilih, terutama pemilih muda dan pemula," pungkasnya.


Menurut para analis, Gibran juga ahli dalam melakukan beberapa gestur politik. Ia terekam di layar sedang membungkuk dan mencium tangan lawan-lawannya.


"Pertunjukan teatrikal mereka menjadi perbincangan di masyarakat. Ini lebih merupakan aspek performatif dibandingkan aspek substantif (yang digunakan untuk menarik pemilih)," tambah media itu mengutip peneliti lokal di Universitas Katolik Atma Jaya, Yoes Kenawas.


Namun sejauh ini, taktik pasangan ini telah membuahkan hasil, jika jajak pendapat popularitas terbaru dapat dipercaya. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 26 Desember 2023 menyebut Prabowo dan Gibran akan memperoleh 46,7% suara.


Sementara itu, Mahfud dan capresnya, mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memperoleh 24,5% suara. Mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Muhaimin diperkirakan akan meraih 21% suara.


Pada tanggal 27 Desember, lembaga pemikir Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Jakarta merilis hasil jajak pendapat yang dilakukan antara tanggal 13 dan 18 Desember. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan Prabowo dan Gibran memiliki keunggulan yang kuat, dengan mendapatkan dukungan dari 43,7 persen dari 1.300 responden yang disurvei, diikuti oleh Anies dan Muhaimin dengan 26,1 persen, serta Ganjar dan Mahfud dengan 19,4 persen.


Survei CSIS juga menemukan bahwa Presiden mendapat kepercayaan dari 86,1% responden yang disurvei. Sementara 74% mengatakan mereka puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi.


Analis politik di lembaga pemikir tersebut, Arya Fernandes, mengatakan masih ada waktu dan harapan bagi para kandidat yang tertinggal untuk membalikkan keadaan. Ini dikarenakan survei menunjukkan bahwa 10,9% responden masih ragu-ragu dan 24,8% mengatakan mereka masih bisa berubah pikiran.


"Masih ada ruang untuk ditingkatkan. Langit belum runtuh," ujarnya. [SB]

×