Sebanyak 1.200 ton ikan mati mengambang di permukaan laut dekat pelabuhan perikanan Hokkaido, Jepang pada awal bulan ini. Temuan berton-ton ikan mati ini kembali dikabarkan di wilayah Nakiri baru-baru ini.
Para pejabat Jepang kebingungan penyebab munculnya fenomena ini. Mereka mengaku sedang berjuang untuk mencari tahu mengapa tumpukan besar ikan mati terus mengapung ke permukaan laut.
“Penyebabnya masih belum diketahui saat ini,” kata seorang pejabat perikanan kepada surat kabar Jepang Mainichi Shimbun.
The Daily Mail, sebuah surat kabar Inggris menyindir pelepasan air olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang berjarak lebih dari 600 kilometer terkait dengan kematian ikan tersebut. The Daily Mail memposting video di situs jejaring sosial TikTok dan X serta artikel di situsnya dengan pernyataan, “Ribuan ton ikan mati terdampar di pantai di Jepang – tiga bulan setelah negara tersebut melepaskan air radioaktif Fukushima yang telah diolah ke laut.
Imbasnya, media luar negeri melaporkan adanya kekhawatiran bahwa pembuangan limbah nuklir cair mungkin menjadi penyebabnya kematian jutaan ikan tersebut. Dalam artikelnya, Daily Mail menyebut, ribuan ton ikan mati terdampar di pantai bagian utara Jepang memicu spekulasi bahwa pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima telah menimbulkan malapetaka pada ekosistem lokal.
Daily Mail menyatakan, para pejabat tidak dapat memberikan penjelasan atas fenomena tersebut. Daily Mail mencatat fenomena khusus ini terjadi hanya tiga bulan setelah pihak berwenang Jepang mulai melepaskan kembali air radioaktif yang telah diolah ke laut – sebuah tindakan yang membuat marah negara tetangganya termasuk Tiongkok dan Korea Selatan.
Sejak saat itu, menurut Daily Mail, Tiongkok melarang makanan laut Jepang dan mengkritik negara tersebut sebagai negara yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab. Daily Mail mengutip, surat kabar utama Partai Komunis Tiongkok, The Global Times, menulis bahwa hal itu dapat membuka ‘Kotak Pandora’ dan memicu ketakutan akan ‘Godzilla di kehidupan nyata’.
Sedangkan pengunjuk rasa Korea Selatan, dilaporkan Daily Mail, juga berusaha memasuki kedutaan Jepang di Seoul dengan membawa spanduk bertuliskan ‘Laut bukan tempat sampah Jepang’.
Bantahan Jepang
Namun, para ahli membantah klaim palsu tersebut dengan menyatakan tidak ada dasar untuk menghubungkan kematian ikan dengan pelepasan air yang diolah. Dilansir dari NHK, Fujioka Takashi dari Institut Penelitian Perikanan Hakodate mencatat bahwa kematian ikan bukanlah hal yang jarang terjadi.
Fujioka mengatakan kawanan ikan tersebut mungkin saja dikejar oleh predator seperti lumba-lumba dan tuna ke darat atau mungkin tiba-tiba mereka bertemu dengan perairan yang sangat dingin.
Fujioka menegaskan bahwa kecil kemungkinan air laut dari Fukushima akan mencapai Hakodate, yang berjarak lebih dari 600 kilometer. Fujioka melaporkan bahwa tidak ada kelainan yang terdeteksi pada ikan sarden yang ditangkap di daerah Hakodate.
Pejabat badan perikanan Mori Ken merespons sindiran bahwa kematian ikan disebabkan oleh air yang diolah tidak berdasar. Kata dia, Badan Perikanan dan Kementerian Lingkungan Hidup memverifikasi bahwa tidak terdeteksi keberadaan tritium di laut lepas pantai Fukushima.
“Penyebaran informasi yang tidak berdasar merupakan situasi yang mengkhawatirkan sehingga saya ingin menyebarkan informasi yang akurat, termasuk hasil pemantauan,” ucapnya.
Badan Sumber Daya Alam dan Energi Jepang telah menyatakan bahwa telah dipastikan bahwa air yang diolah tersebut dibuang dengan aman dan tidak ada kelainan yang teramati. [SB]