Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kronologi Insiden Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

Desember 25, 2023 Last Updated 2023-12-25T06:26:11Z

Insiden perobekan bendera atau het vlag incident di Hotel Yamato, Surabaya merupakan peristiwa paling heroik yang masih dikenang hingga kini. Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 19 September 1945.


Lalu bagaimana kronologi peristiwa tersebut? Ady Setyawan dalam bukunya Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu? merangkum secara terperinci kronologi dari berbagai saksi mata peristiwa itu.


Ady menyebut peristiwa itu bermula saat para pemuda Indonesia yang menjadi mahasiswa kedokteran gigi dr Moestopo melakukan penyamaran dan pengintaian sebagai pelayan hotel.


Selama penyamaran ini, para pemuda mendapatkan informasi bahwa Indo Europesche Vereneging (IEV) atau organisasi bentukan warga Indo-Eropa pimpinan MR. Ploegman akan mengibarkan bendera Belanda di atas menara hotel. Informasi ini selanjutnya disampaikan kepada para pimpinan Republik di Surabaya.


Benar saja, pada pukul 09.00 WIB bendera tiga warga merah putih dan biru berkibar di salah satu menara Hotel Yamato. Aksi ini kemudian mengundang massa Arek-arek Suroboyo berkumpul di depan hotel.


"Mereka benar-benar melaksanakan pengibaran bendera ini. Namun, tidak sampai 15 menit sekitar seratusan massa sudah berkumpul di depan Hotel Yamato dan terus bertambah," jelas Ady seperti dikutip detikJatim.


Meski demikian, Arek-arek Suroboyo tak bisa bergerak masuk ke dalam hotel. Sebab, hotel tersebut dijaga dengan ketat tentara Kempetai dengan senjata terhunus.


"Di tengah keramaian, Residen Sudirman tiba-tiba datang dengan mobil hitamnya. Masyarakat yang sudah mengenali beliau langsung memberikan jalan," jelas Ady.


"Jawaban Ploegman sangat mengiris hati, orang itu berujar 'Pasukan Sekutu telah menang perang dan karena Belanda adalah bagian dari Sekutu maka sudah menjadi haknya mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Kami tak tahu itu apa!'," tutur Ady seperti apa yang diucapkan Ploegman.


Dalam sejumlah kesaksian, usai percakapan itu, Ploegman kemudian berbalik dan meninggalkan lobi. Tak lama ia kemudian kembali lagi sambil membawa sebuah pistol dan mengancam Sudirman serta Sidik dan Hariyono.


Selanjutnya Ploegman tewas saat berduel dengan Sidik


Mengetahui hal ini, Sidik langsung menerjang Ploegman. Dan picu pistol tertekan lalu menyalak ke atas langit-langit hotel. Sidik dan Ploegman selanjutnya terlibat duel. Sedangkan Hariyono langsung mengamankan Sudirman keluar mengamankan ke mobilnya kembali.


Sidik memenangkan duel tersebut. Ploegman tewas kehabisan nafas setelah terus dicekik Sidik. Suasana gaduh itu kemudian mengundang salah seorang Belanda dan mengejar dan menyabetkan pedang ke arah Sidik. Dan akhirnya Sidik gugur.


Dalam versi lain, meski berhasil disabet pedang tapi ia masih berupaya melawan menggunakan sepeda orang Belanda tersebut. Ia gugur setelah seorang Belanda datang lagi dan menghantamkan pot ke kepala Sidik.


Ady menyebut Sidik merupakan korban pertama di Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini dikutip dari kesaksian M Jasin yang ditulis dalam memoarnya. Jasin merupakan pimpinan Polisi Istimewa di Surabaya saat itu.


"Saya pikir Sidik merupakan korban pertama dari perjuangan rakyat Surabaya mempertahankan kemerdekaan RI," terang Ady mengutip kesaksian Jasin.


Sidik yang bersimbah darah itu kemudian dilarikan ke rumah sakit Simpang. Hariyono kemudian kembali lagi ke area hotel. Ia kemudian naik dengan tangga dan naik ke menara dan menurunkan bendera Belanda.


Hariyono yang telah meraih bendera kemudian berupaya merobek bendera bagian biru. Tak lama, seorang pemuda bernama Koesno Wibowo menyusul ke menara dan membantu Hariyono merobek bendera lalu membuang warna biru.


Bendera yang dirobek dan menjadi merah dan putih itu kemudian dikerek kembali di tiang menara. Berkibarnya bendera dwi warna itu selanjutnya disambut sorak dan teriakan merdeka dari massa yang ada di bawah.


Aksi itu rupanya mengundang seorang Belanda lagi dari dalam hotel. Kali ini Belanda membawa senapan dan membidik Hariyono yang tengah menuruni menara. Nahas saat itu kepalanya terkena peluru dan terjatuh.


Hariyono kemudian segera dilarikan ke rumah sakit Simpang. Di sana ia menemui Sidik telah meninggal dunia. Dalam versi lain, saat itu Hariyono menemui Sidik yang masih hidup dan menitipkan pesan ke Hariyono sesaat sebelum meninggal dunia.


"Mas Har, teruskan perjuangan kita sampai cita-cita kita tercapai, sampaikan pada yang lain...," demikian pesan Sidik kepada Hariyono. [SB]

×