Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kapal Selam China Kian Canggih, Tantang Hegemoni AS di Bawah Laut

Desember 06, 2023 Last Updated 2023-12-06T02:05:57Z

Sebuah kapal selam bertenaga nuklir China ikut serta dalam parade angkatan laut tahun 2019 di lepas pantai timur kota pelabuhan Qingdao.


Sebuah laporan menunjukkan ketidakseimbangan armada kapal selam China dan Amerika Serikat. Hal ini merupakan bukti bahwa China telah memiliki teknologi kapal selam canggih untuk menantang AS di bawah laut.

Menurut laporan Wall Street Journal, kemajuan armada kapal selam China dapat dilihat dari keberadaan kapal selam serang bertenaga nuklir yang menggunakan propulsi jenis baru. Jika umumnya kapal selam menggunakan propulsi baling-baling maka China sudah menggunakan sistem propulsi jet-pump.


Teknologi tersebut awalnya digunakan pada kapal selam Angkatan Laut AS terbaru yang berfungsi untuk mengurangi kebisingan untuk mengurangi deteksi sonar.


Dengan begini China menyusul teknologi kesenyapan, propulsi pada sistem senjata pada kapal selam serang kelas Virginia dan kapal selam rudal balistik kelas Columbia yang akan dioperasikan Angkatan Laut AS.


Dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh mantan perwira China di tahun 2020 juga menunjukan bahwa kapal selam serang bertenaga nuklir baru milik China memiliki teknologi senyap, selain itu terdapat bahan baru yang digunakan di lambung kapal dan reaktor nuklir yang lebih efisien.


Seorang mantan Perwira Angkatan Laut AS, Carlson mengatakan bahwa kapal selam baru China tersebut bisa saja memiliki kesenyapan yang setara dengan kapal selam kelas Akula I milik Angkatan Laut Rusia yang dikenal dengan kelas kapal yang menjadi lompatan ke masa kapal selam siluman dalam Angkatan Laut Rusia.


Hal ini akan membuat kapal selam serang baru milik China tersebut sulit ditemukan.


"Menemukan kapal yang senyap ini akan sangat sulit," kata Carlson.


Tembok China di Bawah Air


Selain memajukan teknologi kapal selam, China juga membangun sistem pertahanan bawah air yang cukup kuat. Pada 2017, pemerintah China menyetujui pembangunan sensor di Laut China Selatan dan Laut China Timur untuk mendeteksi aktivitas bawah air secara real-time.


Pembangunan ini dikerjakan selama lima tahun yang artinya pada tahun ini sistem pertahanan bawah air tersebut sudah beroperasi.


China menggunakan sensor bawah laut yang memancarkan Sound Surveillance System (SOSUS) yang dapat mendeteksi kapal selam nuklir melalui jaringan hidrofon di dasar laut. Teknologi ini sebelumnya sudah digunakan AS pada masa perang dingin untuk mendeteksi kapal selam Angkatan Laut Rusia.


Kuantitas Jomplang Kapal Selam AS - China


Laporan ini juga menunjukkan bahwa armada kapal selam Angkatan Laut AS mengalami penurunan kuantitas, tetapi tetap sangat besar. Saat ini AS memiliki 67 kapal selam bertenaga nuklir dimana 49 diantaranya adalah kapal selam serang.


Namun, jumlah ini diperkirakan akan berkurang menjadi 46 kapal pada 2030 karena masa pakai kapal selam AS yang hampir habis dan harus memasuki masa pensiun. Armada kapal selam AS baru akan pulih menjadi 66 kapal kembali pada tahun 2049.



Di sisi lain, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) saat ini baru memiliki enam kapal serang bertenaga nuklir. Kementerian Pertahanan AS memperkirakan bahwa China akan memiliki total 80 kapal selam nuklir baik kapal selam serang maupun kapal selam rudal balistik pada 2035. (Detik.Net)



×