Inilah alasan kenapa tol Cipali dijuluki tol paling mematikan di dunia. Selain mengurangi kemacetan, jalan tol tersebut juga untuk mengurangi beban jalan Pantai Utara (Pantura).
Jalan Tol Cipali yang merupakan bagian dari program pembangunan jalan tol Trans Jawa yang ditargetkan beroperasi Juni 2015. Pembangunan Tol Cipali dimulai pada 8 Desember 2011 pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jalan tol tersebut memiliki masa konsesi selama 35 tahun.
Setelah diresmikan oleh Joko Widodo ternyata tol bebas hambatan ini ternyata dijuluki jalan kematian yang banyak menyebabkan korban kecelakaan. Lantas apa alasannya?
Inilah alasan kenapa tol Cipali dijuluki tol paling mematikan di dunia dikarenakan tingkat fatalitas (kematian) kecelakaannya yang sangat tinggi.
Seiring dengan perkembangan jumlah kendaraan dan pertumbuhan pembangunan jalan tol yang pesat di Indonesia, Tol Cipali menjadi sorotan karena memiliki angka kecelakaan dan kematian yang mencemaskan.
Menurut data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa setidaknya setiap kilometer di Tol Cipali ada satu korban jiwa.
Beberapa faktor diidentifikasi sebagai penyebab tingginya angka kecelakaan di Tol Cipali, termasuk tingginya perbedaan kecepatan antara kendaraan pribadi dan truk, ketidaklancaran aliran darah dan oksigen karena waktu berkendara yang lama, serta potensi terjadinya microsleep atau hilangnya kesadaran sementara karena kelelahan.
Selain itu, tingginya fatalitas kecelakaan juga dikaitkan dengan risiko tabrak depan belakang, di mana kendaraan dapat masuk ke bagian kolong truk, dengan 97% penumpang kendaraan pribadi mengalami akibat fatal dalam kecelakaan tersebut.
Faktor kelalaian manusia berada di peringkat tertinggi penyebab kecelakaan. Orang dapat tidak sadar ketika melampaui batas kecepatan, kurangnya antisipasi berkendara, dan mengantuk juga menjadi penyebab utama kecelakaan di tol ini.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), biaya investasi untuk pembangunan ruas tol yang dioperatori oleh PT Lintas Marga Sedaya (LMS) itu mencapai Rp12,5 triliun dan biaya konstruksi Rp7,7 triliun. Totalnya mencapai Rp20,2 triliun. [SB]