Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Ahad (24/12/2023) mengumumkan bahwa pihaknya telah menangkap sekelompok warga Palestina yang menjadi mata-mata “Israel” di Jalur Gaza.
Mereka ditangkap karena bekerjasama dengan “Israel” untuk mengumpulkan data intelijen di Jalur Gaza setelah terjadinya serangan Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Dilansir dari media Palestina, Shebab, sumber di pasukan keamanan internal Al-Majd Hamas, bagian dari Brigade Izuddin Al-Qassam, membenarkan penangkapan sekelompok mata-mata tersebut.
Pasukan Al-Majd Hamas mengeluarkan pernyataan setelah laporan penangkapan para mata-mata tersebut beredar.
“Kepemimpinan keamanan perlawanan di Jalur Gaza akan mengambil semua tindakan hukum dan revolusioner terhadap agen-agen tersebut dan menyerang dengan tangan besi siapa pun yang berani membuat kesepakatan dengan musuh,” katanya.
Salah seorang mata-mata yang ditangkap tersebut mengaku mendapat tugas dari Shin Bet (badan kontraspionase “Israel”) untuk memantau rumah para pemimpin Hamas di Jalur Gaza. Mereka juga mendapat tugas untuk melaporkan setiap pergerakan anggota Hamas di wilayah tersebut.
Mata-mata lainnya, lanjut Shebab, mengaku mencari keberadaan para pemimpin Hamas dengan tujuan membunuh mereka.
Para mata-mata itu ditangkap setelah Hamas menerima data dan dokumen yang dianggap berbahaya, termasuk nama-nama warga Palestina di Gaza yang berkolaborasi dengan pasukan “Israel”.
Menurut laporan Shebab, yang dikutip Jerusalem Post pada Senin (25/12), setelah menangkap para mata-mata, Hamas berhasil memperoleh “harta karun strategis” berupa informasi intelijen “Israel”.
“Harta karun strategis” ini mencakup informasi tentang penggunaan teknologi oleh Shin Bet dan bagaimana agennya berkomunikasi dan bekerja dengan mata-mata di Jalur Gaza. Selain itu, Hamas telah belajar tentang “metode kerja para agen”.
Hamas, lanjut laporan tersebut, mengklaim bahwa temuan ini merupakan kesulitan besar bagi pekerjaan badan intelijen “Israel” selama perang di Jalur Gaza. [SB]