Pada Rabu (6/12/2023), tvOne menggelar dialog interaktif bertajuk _”Mencuri Hati Kawula Muda”_ sebagai bagian dari rangkaian program Menuju Pemilu, mengundang ketiga Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pilpres 2024.
Sayangnya, dalam acara tersebut, Gibran Rakabuming Raka, Cawapres nomor urut 2, tidak dapat hadir. Gibran memberikan konfirmasi ketidakhadirannya karena terlibat dalam kegiatan Deklarasi Pergerakan Perempuan Muda Nahdliyin di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Ketidakhadiran Gibran dalam dialog ini menciptakan sebuah pertanyaan seputar tanggung jawab dan keterlibatannya dalam kampanye Pemilu 2024.
Meskipun kegiatan Nahdliyin merupakan hal yang penting, keputusannya untuk tidak hadir dalam debat yang disiarkan langsung oleh tvOne menjadi perhatian serius. Gibran menyatakan bahwa kegiatan Nahdliyin merupakan prioritas, meninggalkan tanda tanya akan sejauh mana komitmen dan fokusnya terhadap agenda-agenda nasional.
Dalam konteks ini, kita dapat memahami bahwa partisipasi dalam debat adalah salah satu bentuk tanggung jawab kandidat terhadap pemilih.
Gibran, sebagai Cawapres, memiliki kewajiban untuk memberikan visi, misi, serta solusi konkret terkait isu-isu yang dihadapi oleh kawula muda. Dengan absennya dalam dialog ini, publik menjadi kehilangan kesempatan untuk memahami lebih dalam pandangan dan rencana aksi dari salah satu kandidat cawapres tersebut.
Muhaimin dan Mahfud Kompak Saling Memuji
Disisi lain, terlepas dari ketidakhadiran Gibran, Cak Imin dan Mahfud MD, Cawapres nomor urut 1 dan 3, menunjukkan sikap saling memuji dan kohesif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh panelis Raffi Ahmad dan Effendi Gazali.
Diskusi antara keduanya menciptakan gambaran bahwa mereka memiliki visi konkret terkait persoalan lapangan kerja, kesehatan mental anak muda, dan perhatian pemerintah terhadap generasi muda.
Menjawab pertanyaan Mahfud tentang lapangan kerja dan kesehatan mental, Muhaimin menekankan pentingnya investasi pemerintah dalam memberikan fasilitas dan afirmasi kepada kaum muda sebagai langkah jangka panjang.
Respon positif Mahfud terhadap jawaban tersebut menunjukkan bahwa ide-ide konkret untuk memajukan generasi muda mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Terkait dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap anak muda, Muhaimin dan Mahfud menyuarakan keprihatinan mereka.
Mahfud menyoroti perlunya perhatian serius terhadap perkembangan teknologi dan jaringan internet, sementara Muhaimin memberikan pujian atas saran Mahfud untuk melanjutkan proyek BTS Kominfo. Kejelian keduanya dalam memberikan tanggapan menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung perkembangan generasi muda.
Meskipun Cak Imin dan Mahfud menunjukkan koordinasi yang baik dalam dialog ini, pertanyaan tentang kehadiran dan keterlibatan setiap kandidat tetap menjadi titik fokus.
Absennya Gibran Tunjukkan Kurangnya Kesiapan dan Komitmen
Dialog tersebut memberikan wawasan yang bernilai, namun absennya Gibran menjadi poin kritis yang perlu dievaluasi. Pertanyaan muncul seputar sejauh mana kandidat benar-benar terlibat dalam mendiskusikan isu-isu penting dengan publik.
Ketidakhadiran Gibran mengingatkan kita tentang pentingnya keterbukaan dan kohesi dalam menyampaikan pandangan dan komitmen kepada pemilih.
Absennya Gibran Rakabuming Raka dalam dialog interaktif di tvOne menimbulkan pertanyaan kritis terkait kesiapannya menghadapi debat terbuka. Kehadiran dan partisipasi dalam debat adalah salah satu indikator utama seorang calon pemimpin untuk berkomunikasi dan menyampaikan visi serta misinya kepada publik.
Dalam konteks ini, ketidakhadiran Gibran menciptakan keraguan terkait kesiapannya dalam menghadapi tantangan yang bersifat terbuka dan mendalam.
Ketidakmampuan Gibran untuk hadir dalam debat ini menimbulkan kesan bahwa ia mungkin tidak siap untuk menghadapi situasi yang memerlukan pemikiran kritis, respons cepat, dan kemampuan berbicara yang efektif.
Seorang calon pemimpin seharusnya dapat mengatasi berbagai tantangan, termasuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bersifat kritis atau kontroversial.
Dalam hal ini, keputusannya untuk lebih memprioritaskan kegiatan lain daripada debat menggambarkan kurangnya kesiapan dan komitmen yang diperlukan dari seorang calon Wakil Presiden.
Lebih lanjut, ketidakhadiran Gibran juga menimbulkan asumsi bahwa ia mungkin cenderung mudah menyerah dalam menghadapi situasi sulit.
Seorang calon pemimpin seharusnya memiliki ketangguhan dan keberanian untuk menghadapi tantangan, terutama dalam forum debat yang merupakan sarana untuk berbicara terbuka dan memberikan pandangan kepada publik.
Sikap ini menjadi relevan karena memegang posisi sebagai calon Wakil Presiden mengharuskan seseorang memiliki ketahanan mental dan kemampuan untuk mengelola tekanan dengan baik.
Ketidakmampuan Gibran menghadiri debat juga dapat diartikan sebagai ketidakberanian untuk menerima kritik. Seorang pemimpin yang efektif harus terbuka terhadap kritik dan mampu belajar dari perbedaan pendapat.
Keterlibatan dalam debat memberikan kesempatan bagi calon untuk diuji dan dinilai oleh publik serta lawan-lawannya. Dalam konteks ini, keputusannya untuk tidak menghadiri debat dapat dianggap sebagai tindakan yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk menerima kritik dan berdialog secara terbuka.
Sebagai pemilih, kita harus mempertimbangkan dengan cermat dan bijak sebelum membuat keputusan. Tidak cukup hanya mengandalkan popularitas atau keturunan sebagai dasar pemilihan.
Penting untuk mengevaluasi kesiapan, ketangguhan, dan kemampuan calon dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin terjadi selama kepemimpinan. Meskipun faktor lain seperti popularitas dapat menjadi pertimbangan, tetapi kemampuan dan integritas seorang calon harus menjadi fokus utama.
Memilih pemimpin yang siap menghadapi debat terbuka, tahan terhadap kritik, dan memiliki komitmen yang kuat akan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan negara.
Pemilih memiliki hak untuk mendengar langsung dari setiap kandidat terkait visi, misi, dan rencana aksi mereka.
Kedepannya, diharapkan setiap Cawapres, termasuk Gibran, dapat mengoptimalkan partisipasi mereka dalam dialog demi memberikan pencerahan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. [SB]