Satu dari beragam sudut pandang yang muncul atas gencatan senjata di Gaza bertajuk pertukaran tawanan Palestina dan Israel, adalah betapa Hamas menjadi sebuah milisi yang betul-betul tangguh untuk dihadapi oleh tentara Israel (IDF).
Kesaksian dari jurnalis Memo, Motasem A Dalloul, dalam sebuah kolom opini menyiratkan, ketangguhan Hamas itu lahir dari ketabahan rakyat Gaza, Palestina dalam menghadapi keperkasaan lawan mereka, Israel yang jauh lebih kuat dalam berbagai hal.
Faktanya, setelah bombardemen dan operasi darat IDF di Gaza Utara, para anggota pasukan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, masih bisa ke luar dari sarangnya secara elegan dan menyerahkan sandera ke pihak ketiga, Palang Merah Internasional.
Berikut kesaksian jurnalis tersebut saat menyaksikan Brigade Al-Qassam, melepaskan sandera-sandera Israel yang mereka tawan:
Setelah 50 hari pemboman Israel tanpa henti di Jalur Gaza dan lebih dari 20 hari operasi darat, Israel terkejut melihat Hamas melepaskan tawanannya dari daerah kantong pantai yang terkepung dan diduduki.
Saat melewati pusat kota, yang hancur sebelum dimulainya operasi darat (Israel), untuk mencari makanan, saya menemukan orang-orang berkumpul di sekitar sejumlah kendaraan.
Awalnya saya mengira mereka akan mendapatkan makanan atau bantuan, namun ketika saya mendekat, saya menemukan anggota Brigade Al-Qassam dengan senjata dan seragam berdiri bersama tim dari Palang Merah Internasional (ICRC).
Saya bertanya kepada salah satu anggota tim ICRC apa yang terjadi dan mereka diberitahu: “Kami sedang menjemput tawanan Israel.”
Beberapa menit kemudian, para anggota milisi perlawanan Palestina membuka pintu kendaraan mereka dan melepaskan warga Israel dan tiga pekerja Thailand, lalu menyerahkan mereka dengan aman dan damai kepada tim ICRC di tengah-tengah teriakan yang memuji Hamas dan sayap militernya, Brigade Al-Qassam.
Ini sangat mengesankan saya karena berbagai alasan.
Setelah 50 hari pengeboman brutal di udara, laut, dan darat yang membuat Gaza menjadi puing-puing, masyarakat masih menunjukkan dukungan kepada Hamas.
Mereka tidak marah meskipun ada upaya dari media Israel dan internasional untuk menyalahkan Hamas atas kehancuran Gaza dan kelaparan rakyatnya.
Tampaknya, masyarakat Palestina sudah mengadopsi pendapat tersebut dan siap menanggung akibat dari pilihannya.
Saya juga terkejut melihat jumlah orang yang tetap tinggal di Kota Gaza meskipun tentara pendudukan (Israel) berulang kali menyerukan agar mereka meninggalkan rumah mereka dan menuju ke selatan.
Dan (saya terkejut betapa banyaknya warga yang tinggal di Gaza setelah) pemboman di kota itu hingga menewaskan ribuan warga sipil saat mereka berlindung rumah mereka di kota tersebut.
Kepemimpinan di Pemerintahan Israel sekarang harus mengevaluasi kembali kebijakan dan strateginya serta tujuan yang mereka nyatakan untuk mengakhiri Hamas dan melepaskan tawanannya dengan menggunakan kekuatan mematikan.
Kolumnis Israel Amos Harel menulis di Haaretz, adegan pembebasan tawanan perang Israel di Kota Gaza menunjukkan bahwa Hamas berhasil membuktikan bahwa mereka belum dikalahkan.
Jurnalis Israel, Yedioth Ahronoth mengira Hamas memiliki pasukan cadangan lain yang belum dimanfaatkan sepenuhnya.
Jurnalis Israel Ayala Hassoun berkata: “Saya terkejut ketika melihat pejuang Hamas dengan senjata dan kendaraan mereka berdiri di pusat Gaza utara untuk membebaskan tahanan Israel.”
Ini adalah langkah yang cerdas, namun ini membuktikan bahwa Hamas benar-benar sebuah ideologi yang didasarkan pada keinginan untuk memerdekakan Palestina.
Dan ideologi ini dianut oleh setiap warga Palestina, bahkan mereka yang berafiliasi dengan faksi Palestina lainnya.
Hamas mewakili rakyat Palestina yang berpegang teguh pada hak-hak mereka dan siap mati untuk mendapatkan kembali hak-hak tersebut.
Hamas mewakili generasi baru Palestina yang menolak terulangnya Nakba Palestina.
Saran saya kepada para pemimpin pendudukan Israel adalah untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Palestina dan rencana mereka untuk mengambil alih tanah mereka karena akar bangsa Palestina kuat dan mereka teguh.
Pertumpahan darah sebanyak apa pun tidak akan membuat mereka menyerah pada tanah airnya.(tribun.news)