Desas-desus peralihan pimpinan Partai Gerindra bakal diambil alih oleh Presiden Joko Widodo berpotensi menimbulkan hujatan.
Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos menilai, Jokowi sebagai Presiden ketujuh RI yang sudah menjabat dua periode harusnya tidak mengambil alih kepemimpinan partai.
"Jika Jokowi justru masuk parpol, apalagi keluar dari PDIP dan masuk Gerindra, maka Jokowi akan semakin dibully lawan politik sebagai orang yang haus kekuasaan," ujar Biran, sapaan karibnya, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (11/11).
Dia memandang, seharusnya Jokowi fokus menyelesaikan sisa masa jabatannya yang kurang lebih setahun lagi, agar meninggalkan legacy yang baik tidak hanya terkait infrastruktur dan kebijakan publik, tetapi juga gaya perilaku dan etika politik yang baik.
"Agar Jokowi bisa menjadi teladan dan panutan generasi selanjutnya," sambungnya menegaskan.
Khusus mengenai Pemilu Serentak 2024, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu memandang, Jokowi tidak terjebak pada hasrat mempertahankan kekuasaan.
Apalagi, akhir-akhir ini marak isu dinasti politik Jokowi sebagai imbas pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
"Jokowi seharusnya menjembatani transisi kepemimpinan nasional kepada presiden dan wakil presiden berikutnya dengan pola dan metode yang baik, sebagaimana transisi dari SBY ke Jokowi," demikian Biran menambahkan. [SB]