Pemerintah Israel sepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari sebagai imbalan untuk pembebasan 50 warga mereka yang disandera Hamas.
Kabar itu diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Rabu (22/11).
Menurut laporan pejabat Qatar dan Amerika Serikat, selaku mediator konflik, kesepakatan itu secepatnya akan terealisasi.
"Israel dan Hamas selama berhari-hari mengatakan bahwa kesepakatan akan segera tercapai," ungkap sumber tersebut, seperti dimuat Reuters.
Jika keputusan Israel benar-benar dilakukan, maka itu akan menjadi gencatan senjata pertama yang ditunggu-tunggu sejak perang pertama kali meletus 7 Oktober lalu.
Sehari sebelum keputusan diambil, Netanyahu pada Selasa (21/11) bertemu dengan kabinet perang dan kabinet keamanan nasional untuk membicarakan kesepakatan gencatan senjata.
Dalam kesempatan itu, dia menyebut intervensi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah membantu memperbaiki perjanjian tentatif tersebut sehingga lebih banyak sandera Israel yang dikembalikan dan lebih sedikit konsesi yang dicapai.
"Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, kembalikan semua sandera kami dan pastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel,” tegas Netanyahu dalam rapat.
Menurut penghitungan Israel, Hamas diyakini telah menyandera lebih dari 200 orang, yang diambil ketika para pejuangnya menyerbu Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang.
Sementara itu, laporan otoritas kesehatan Hamas menyebut serangan balasan Israel di Jalur Gaza terlalu membabi buta, hingga menewaskan lebih dari 14 ribu orang dalam hampir dua bulan terakhir.[SB]