Suara penolakan politik dinasti terus digaungkan masyarakat. Kali ini dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara. Mereka menolak keras politik dinasti di Indonesia. Terlebih pasca putusan judicial review aturan capres dan cawapres oleh Mahkamah Konstitusi. Hingga berimbas pada majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres bagi Capres Prabowo Subianto.
Sebagai bentuk protes, mereka menggelar aksi di pelataran Tugu Golong Gilig Jogjakarta, Jumat sore (27/10). Selain berorasi dalam aksi damai tersebut juga diekspresikan dengan teatrikal. Salah satunya adalah pencoretan topeng wajah Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dan Ketua MK Anwar Usman, sebagai simbol atas kekecewaan terhadap penyalahgunaan wewenang yang berujung pada politik dinasti.
“Hari ini kami menuntut bahwa eskalasi dan masifitas dari mahasiswa harus terus digeraan dan terus ditambah. Kami mengecam keras dan mengutuk keras segala praktik politik dinasti yang itu buruk dan jelek bahkan keji bagi proses demokrasi di Indonesia,” tegas Koordinator BEM Nusantara DIY Arya Dwi Prayitno, dikutip dari Radar Jogja (Jawa Pos Group) Sabtu (28/10).
Arya melanjutkan, masyarakat dipertontonkan aksi tak wajar dari beberapa pejabat negara. BEM Nusantara beranggapan upaya mewujudkan dinasti politik sangat sistematik. Berupa judicial review yang bertujuan mengubah konstitusi perundang-undangan pemilu.
BEM Nusantara menuntut agar Pemerintah merevisi atau membatalkan kebijakan tersebut. Selain itu juga menuntut adanya reformasi dalam tubuh MK.
Tujuannya agar tetap memiliki integritas dan menghindari politik kepentingan berlandaskan hubungan kekeluargaan.
“Menuntut Pemerintah mengembalikan integritas MK atau mereposisi MK sebagai lembaga negara yang memiliki integritas, kapabilitas dan akuntabilitas. Kedua kami menuntut untuk menolak dan melawan segala bentuk politik dinasti, yang terakhir kami menuntut pencopotan Ketua MK,” pungkasnya.[SB]