Pemimpin kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon telah bertemu dengan para pemimpin kelompok bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina, Rabu (25/10/2023).
Mereka membahas mengenai apa yang harus dilakukan aliansi mereka untuk mencapai “kemenangan habis-habisan” atas Israel, menurut pernyataan Hizbullah, dilansir Aljazeera.
Sayyed Hassan Nasrallah dari Hizbullah, wakil ketua Hamas Saleh al-Arouri dan ketua Jihad Islam Ziad al-Nakhala, bertemu di suatu tempat yang tidak disebutkan.
“Para pemimpin menangani perkembangan terkini sejak dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa dan peristiwa yang terjadi setelahnya di semua lini, termasuk konfrontasi di perbatasan antara Lebanon dan Palestina yang diduduki,” tulis media pemerintah Lebanon Al-Manar mengutip pernyataan Hizbullah.
Operasi Banjir Al-Aqsa mengacu pada serangan Hamas tanggal 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang di Israel dan memicu pembalasan yang kemudian menewaskan lebih dari 5.700 orang di Gaza.
“Sayyed Nasrallah bersama Nakhale dan al-Arouri menilai sikap internasional dan regional serta langkah-langkah yang harus diambil oleh Poros Perlawanan dalam fase kritis ini untuk mencapai kemenangan habis-habisan dan menghentikan serangan brutal terhadap rakyat tertindas di Gaza dan Tepi Barat,” tambah pernyataan itu.
Sejak serangan 7 Oktober, Hizbullah hampir setiap hari melakukan baku tembak dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
Hizbullah mengumumkan pada hari Rabu bahwa dua pejuangnya telah terbunuh, sehingga menambah jumlah korban tewas di kelompoknya menjadi 40 pejuang sejak awal konflik.
Pada hari Selasa, kementerian kesehatan Palestina mengatakan bahwa 704 warga, termasuk 305 anak-anak, tewas ketika Israel meningkatkan agresinya di Jalur Gaza.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan jumlah korban tewas pada hari Selasa adalah angka tertinggi yang dilaporkan dalam satu hari sejak konflik dimulai.
Di Tepi Barat yang diduduki, setidaknya 100 orang juga tewas dalam bentrokan dengan militer Israel, kata kementerian kesehatan Palestina.
Mengenal Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ)
Dilansir Aljazeera, Hizbullah adalah kelompok bersenjata dan politik Syiah yang didukung oleh Iran.
Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Kelompok ini muncul dari kelompok bersenjata yang dibentuk oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Kelompok Hizbullah, yang mendapat dukungan dari kalangan Muslim Syiah, adalah salah satu musuh terbesar Israel di wilayah tersebut.
Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengklaim Hizbullah memiliki 100.000 pejuang.
Hizbullah membanggakan roket yang presisi dan mengatakan mereka dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Amerika Serikat memperkirakan Iran telah mengalokasikan ratusan juta dolar setiap tahunnya untuk Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir.
Kelompok tersebut, yang dipimpin oleh Nasrallah sejak tahun 1992, adalah salah satu blok politik paling berpengaruh dalam sistem politik sektarian Lebanon, dan mendapat dukungan dari sebagian besar penduduk Syiah.
Hizbullah sering dijuluki “negara di dalam negara” karena jaringan politik dan militernya yang luas yang didirikan di negara yang terbagi berdasarkan sektarian.
Apa tujuan Hizbullah?
Pejuang Hizbullah melakukan gerakan berkelanjutan untuk melawan pasukan Israel di Lebanon dan melancarkan serangan terhadap warga sipil Israel di negara lain.
Pasukan Israel menarik diri secara sepihak dari Lebanon selatan pada tahun 2000 setelah hampir 20 tahun pertempuran mematikan.
Mundurnya Israel mendorong Hizbullah menyatakan diri sebagai tentara Arab pertama yang berhasil memaksa Israel menyerahkan kendali atas wilayah tersebut.
Israel terus menduduki Dataran Tinggi Golan di Suriah dan wilayah Palestina yang direbutnya dalam Perang tahun 1967.
Hamas telah berjuang melawan pendudukan Israel dan perluasan pemukiman ilegal di tanah Palestina.
Hizbullah mengeluarkan manifestonya setelah dibentuk.
Mereka menyoroti ideologi serta tujuan dibentuknya kelompok tersebut, salah satunya yakni mengalahkan Israel dan mengusir entitas kolonialis Barat dari Timur Tengah.
Apa bedanya Hizbullah dengan Hamas?
Hizbullah dan Hamas adalah dua kelompok yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu melawan Israel.
Hizbullah adalah organisasi Lebanon.
Hamas adalah kelompok Palestina yang dibentuk di Gaza pada tahun 1987 setelah dimulainya Intifada pertama, sebuah pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Hamas secara politik menguasai Jalur Gaza setelah memenangkan pemilu pada tahun 2006.
Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10/2023) lalu, Hizbullah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka memantau situasi dengan cermat dan melakukan kontak langsung dengan kepemimpinan perlawanan Palestina.
Pemimpin Hizbullah dan Hamas juga pernah bertemu pada tahun 2020 untuk membahas normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
Bagaimana dengan Jihad Islam Palestina?
Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau Jihad Islam Palestina didirikan pada tahun 1981 oleh mahasiswa Palestina di Mesir dengan tujuan mendirikan negara Palestina di Tepi Barat yang diduduki, Gaza, dan wilayah lain yang sekarang dikuasai Israel.
Jihad Islam Palestina adalah kelompok yang lebih kecil dan kalah jumlah dari kelompok Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza.
“Meskipun kelompoknya kecil, Jihad Islam Palestina sangat efisien dan terorganisir. Ada tatanan yang kuat di dalam partai itu sendiri,” kata Ibrahim Fraihat dari Institut Doha.
“Meskipun ukurannya kecil, mereka telah berpartisipasi dalam semua konfrontasi dengan Israel.”
Baik Hamas, yang telah berperang lima kali dengan Israel sejak 2009, maupun PIJ terdaftar sebagai “organisasi teroris” oleh Barat.
Keduanya mendapatkan dana dan senjata dari Iran.
Berbeda dengan Hamas, Jihad Islam Palestina menolak mengikuti pemilu dan tampaknya tidak memiliki ambisi untuk membentuk pemerintahan di Gaza atau Tepi Barat.
Iran memasok Jihad Islam Palestina dengan pelatihan, keahlian dan uang, namun sebagian besar senjata kelompok tersebut diproduksi secara lokal.
Meskipun basisnya di Gaza, Jihad Islam Palestina juga mempunyai kepemimpinan di Lebanon dan Suriah, di mana mereka menjalin hubungan dekat dengan para pejabat Iran.[SB]