Dalam kesempatan itu, OCHA juga memperingatkan stok komoditas makanan di toko-toko Gaza cuma akan bertahan "beberapa hari lagi."
Program Pangan Dunia (World Food Programme) sejauh ini telah menyediakan makanan dan uang tunai setiap hari dan membantu total 522 ribu warga Palestina sejak awal krisis.
Seiring dengan kondisi ini, para ahli PBB pun menyerukan gencatan senjata melalui pernyataan dari Prosedur Dewan Hak Asasi Manusia.
"Penghancuran rumah dan infrastruktur sipil yang disengaja dan sistematis, yang dikenal sebagai "domisili" dan memotong pasokan air minum, obat-obatan, dan makanan penting jelas dilarang berdasarkan hukum pidana internasional," tulis pernyataan tersebut.
"Kami membunyikan alarm: Ada kampanye yang sedang berlangsung oleh Israel yang mengakibatkan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Mengingat pernyataan yang dibuat oleh para pemimpin publik Israel dan sekutu mereka, disertai dengan aksi militer di Gaza dan eskalasi penangkapan dan pembunuhan di Tepi Barat, ada juga risiko genosida terhadap rakyat Palestina."
Sejak perang Hamas Palestina dan Israel pecah pada 7 Oktober lalu, warga Gaza terus menghadapi krisis kemanusiaan lantaran pasokan listrik, air, hingga bahan bakar diputus oleh Israel.
Israel melakukan blokade total karena marah usai diserang brutal oleh Hamas. Komunitas internasional pun terus-menerus membujuk Tel Aviv menghentikan blokade dan membuka perbatasan guna memudahkan pengiriman bantuan bagi warga Gaza yang terisolir.
Israel awalnya ogah membuka perbatasan, meski ratusan truk sudah menunggu masuk. Namun, setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Tel Aviv, negara itu akhirnya mau mengizinkan bantuan masuk melalui perbatasan Rafah.
Perbatasan Rafah sendiri merupakan satu-satunya perbatasan Gaza dengan Mesir, selain dengan Israel.[SB]