Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Jusuf Kalla Nilai Fenomena 'Politik Sayang Anak' pada Pemilu 2024 Buat Capres Kalut dan Rumit Cari Pendamping

Oktober 15, 2023 Last Updated 2023-10-15T02:40:07Z


 

Wapres ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) mengungkap fenomena " sayang anak" pada pemilu 2024 sebagai menyuslitkan dan merumitkan proses politik. karena kepentingan keluarga yang besar, mengaburkan elektabilitas dan kemampuan.


"Kan semua yang berperan itu anak dari pada presiden. Ibu Mega, mula-mula usulkan Puan. Tapi saya apresiasi Ibu Mega, begitu dia tahu sulit, dia ubah. Pak SBY, dorong juga [AHY]. Pak Jokowi juga anak maju. Pantas saja kita sayang anak kan," jelas JK pada sebuah siniar A1, Kamis (13/10).


JK merasa fenomena sayang anak sebenarnya sah-sah saja. "Ini pemilu sayang anak. Ya nanti semuanya saja, saya bilang. Kita pengusaha juga ingin anak kita maju. Semua jenderal-jenderal polisi, ingin anaknya jadi polisi. Semua tentara juga umumnya juga. SBY bapak mertua, dia anak jenderal. Jadi ada presidennya. Cuma sayangnya presiden cuma satu, jadi sulit, rebutan," terangnya.


Hanya yang paling terasa dengan fenomena "sayang anak" adalah sulitnya memasangkan capres-cawapres."Ya tidak apa-apa sih selama itu. Di luar negeri kan juga ada. Katakanlah Bush kan anaknya Bush; di Singapura juga Lee anaknya Lee; di India juga Nehru punya anaknya Indira Gandhi, Marcos, itu biasa saja. Cuma ini cuma satu, ini menyesuaikan ini dan siapa dengan siapa ini yang rumit ini," bebernya.


Bagi JK proses pemilihan cawapres akan terganggu karena banyaknya kepentingan, termasuk hubungan kekeluargaan. Padahal yang seharusnya dilihat, kata JK, adalah sosok yang memiliki elektabilitas tinggi dan kemampuan.


"Itulah menyebabkan tadi kekalutan itu tadi terjadi, karena terlalu banyaknya tadi kepentingan-kepentingan, apa kepentingan politik, apa kepentingan keluarga, kepentingan apa. Akhirnya tidak terjadi proses politik yang baik kan," terang JK.[SB]

×