Serangan Israel di Gaza sudah melampaui batas-batas hak membela diri dan telah berubah menjadi tindakan penindasan, kekerasan, pembantaian, dan kekejaman, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Tak ada seorang pun yang mengharapkan kita untuk tetap diam ketika kekejaman terjadi di depan mata kita," kata Erdogan dalam pertemuan Dewan Keluarga Turki di Ibu Kota Ankara, Kamis (26/10/2023).
Orang nomor satu di Turki itu juga mengkritik Uni Eropa (EU) karena gagal mendorong gencatan senjata di Gaza.
"Berapa banyak lagi anak-anak yang harus mati agar Komisi EU menyerukan gencatan senjata?" ujar dia.
"Berapa banyak lagi bom yang harus jatuh di Gaza agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan?" tambah Erdogan melanjutkan kritiknya terhadap ketidakefektifan badan tersebut.
Juru bicara utama Komisi Eropa untuk urusan luar negeri, Peter Stano, pada Rabu (25/10/2023) mengatakan bahwa EU belum menyerukan gencatan senjata karena 'serangan-serangan' yang masih terus berlangsung dari kelompok Palestina Hamas.
Stano menegaskan kembali posisi EU dan dukungannya terhadap Israel.
"Mereka yang dengan mudah memberikan penghakiman terhadap hak asasi manusia dan kebebasan ketika ada kesempatan telah mengabaikan hak hidup kaum tertindas di Gaza selama 19 tahun," kritik Erdogan.
Dia mengatakan bahwa sejak konflik Israel-Hamas dimulai hampir tiga pekan lalu, disertai dengan penghentian layanan-layanan penting di Jalur Gaza, Turki telah mengirimkan lebih dari 200 ton bantuan ke Gaza melalui Mesir.
Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah mulai mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza, tetapi bantuan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut. [Anadolu Agency][SB]