Setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di “Israel”, Gerbang Brandenburg di Berlin, Menara Eiffel di Paris dan parlemen Bulgaria termasuk di antara gedung-gedung di seluruh Uni Eropa yang diterangi dengan warna putih dan biru bendera “Israel”.
Dalam demonstrasi solidaritas lainnya, Komisi Eropa dan Parlemen Eropa mengibarkan bendera “Israel” di luar kantor pusat mereka di Brussels.
Pada Rabu (11/10/2023), sebagai bagian dari peringatan Parlemen Eropa yang dipimpin oleh presidennya, Roberta Metsola, mengheningkan cipta selama satu menit untuk memperingati para korban “Israel” dan lagu kebangsaan negara tersebut dimainkan melalui pengeras suara.
“Ini adalah pesan yang kuat melawan terorisme di “Israel”,” kata seorang turis Austria di Paris tentang pameran Menara Eiffel.
“Jadi bagaimana jika ini adalah sikap UE terhadap konflik tersebut?” kata wanita itu, yang meminta tidak disebutkan namanya.
Namun ada pula yang mengatakan bahwa isyarat tersebut tidak mewakili mereka.
“Sebagai warga negara Eropa, saya merasa suara saya hilang karena tindakan itu,” Elena, asal Italia, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Saya terkejut. Terutama ketika saya melihat [bendera “Israel”] di gedung Parlemen Uni Eropa. Ini adalah rumah bagi perwakilan Eropa yang dipilih secara demokratis, banyak di antaranya tidak sekadar ‘berpihak pada Israel’.
“Saya juga terkejut melihat betapa cepatnya lembaga-lembaga UE memasang bendera, menurut saya ini bahkan lebih cepat daripada invasi Rusia ke Ukraina. Mengingat situasi “Israel” dan Palestina yang sangat kompleks, saya pikir langkah cepat ini sangat tidak bertanggung jawab.”
Di koridor diplomatik Brussel, perdebatan mengenai bendera juga memanas.
Seorang pejabat Uni Eropa, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Al Jazeera: “Saya merasa seperti bekerja untuk sebuah organisasi yang mendukung apartheid”.
“Apakah komisi memasang bendera Palestina ketika IDF menembak pergelangan kaki seorang remaja Palestina pekan lalu? Atau ketika mereka membunuh jurnalis Shireen Abu Akleh? Apa yang dilakukan Hamas sangat buruk – tapi apakah ada bedanya dengan apa yang dilakukan IDF setiap pekannya?” kata pejabat itu, merujuk pada pembunuhan jurnalis Al Jazeera yang dilakukan “Israel” pada Mei 2022, dan laporan baru-baru ini bahwa pasukan “Israel” menargetkan para pengunjuk rasa Palestina.
Namun, juru bicara kepala kebijakan luar negeri blok tersebut, Peter Stano, mengatakan bahwa sekarang bukan waktunya untuk bertengkar mengenai demonstrasi dukungan, melainkan fokus pada situasi buruk di Timur Tengah.
“Kami adalah satu-satunya pihak yang aktif mengupayakan dimulainya kembali proses perdamaian dan merupakan donor terbesar bagi rakyat Palestina,” katanya kepada Al Jazeera. (sb)