Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ova dan Cerita Raib Omzet Rp50 Juta di Thamrin City Imbas TikTok Shop

September 13, 2023 Last Updated 2023-09-13T06:47:43Z


 

Suasana di pusat perbelanjaan Thamrin City di Jakarta Pusat tampak lengah pada Selasa (12/9) siang.


Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, hanya segelintir pengunjung yang melihat-lihat pakaian yang jejerkan pedagang.


Ingar bingar proses tawar menawar antara pembeli dan penjual, sebagaimana lumrah di terjadi, kini hilang. Para penjual lebih banyak memiliki waktu luang.


Tak ada kesibukan berarti. Mayoritas dari pedagang hanya bermain ponsel dan mengobrol satu sama lain. Tak jarang, ditemukan pedagang yang sampai tertidur saking sepinya.


Sekitar 30 menit CNNIndonesia.com berkeliling mal, pemandangan tak berubah. Tetap saja jumlah pengunjung yang datang dan bertransaksi hanya terhitung jari.


Ova (36), salah satu penjual pakaian di Thamrin City mengatakan penurunan orang yang datang berbelanja di Thamrin City terjadi semenjak Idul Adha pada Juni lalu.


"Ini semenjak habis Lebaran Haji. Tapi, makin sini, makin parah banget (sepinya)," kata dia.


Oleh karena itu, Ova harus pasrah dengan omzet yang turun drastis. Padahal saat ramai, ia bisa membawa pulang omzet Rp50 juta sehari.


"Sekarang buat yang lewat saja tidak ada, buat pelaris saja susah. Makanya kita benar-benar sudah beda banget, sudah kaya mati banget pasarnya sekarang," sambungnya.


Ova mengatakan sejak ia berjualan di Thamrin City pada 2015, sepinya pengunjung saat ini merupakan yang paling parah. Menurutnya, penjualan di mal atau pasar saat ini sudah kalah dari TikTok Shop.


TikTok Shop merupakan platform social e-commerce yang memungkinkan penjual untuk menawarkan produknya ke pengguna secara langsung. Penjual maupun kreator dapat menjual produknya melalui in-feed videos, LIVEs, dan tab katalog produk.


Ova menilai orang lebih memilih berbelanja di TikTok Shop karena harganya yang murah. Selain itu, pembeli juga tak perlu repot-repot datang ke pasar atau mal.


Berdasarkan pengetahuannya, harga barang di TikTok bisa lebih murah karena disubsidi oleh pihak platform. Ova mencontohkan penjual menjajakan barang di TikTok dengan harga Rp38 ribu. Namun, yang muncul di platform adalah Rp3.000.


Ia menyebut selisih harga itu ditutup oleh pihak TikTok. Artinya, pembeli membayar Rp3.000. Sedangkan, penjual tetap menerima uang Rp38 ribu.


Oleh karena itu, tak heran banyak pembeli yang sudah malas berbelanja ke mal.


"Dia (TikTok) juga bebas ongkir (ongkos kirim). Kita saja yang belanja ke pasar butuh ongkos, mending di rumah mencet (ponsel) saja datang (barangnya). Dengan harga segitu (murah)," kata Ova.


Sebenarnya, masalah itu tak lantas membuat Ova pasrah. Ia sudah mencoba beberapa cara untuk menyiasati agar pembeli kembali ramai, termasuk menurunkan harga.


Namun, tetap saja harga di TikTok jauh lebih murah.


"Kalau online yang lain itu masih bisa standar harganya, masih bisa, kaya Shopee masih standar, kalau TikTok luar biasa," imbuhnya.


Ia berharap pemerintah tak tutup mata dengan masalah yang dihadapi pedagang kecil sepertinya dengan segera turun tangan untuk mengatur penjualan online. Pengaturan terutama ia minta dilakukan pemerintah terhadap barang impor murah yang dijual di online shop.


"Kami tidak minta online shop ditutup, tidak. Tapi kan harapan kami bagaimana supaya, mungkin tidak kami saja, sudah ada komentarnya bagaimana menteri perdagangan kan dikasih tahu juga sekarang barang luar negeri pun banyak yang masuk ke sini, harganya lebih murah," kata Ova.


Segendang sepenarian dengan Ova, Sarah (24), pedagang lain mengatakan pengunjung Thamrin City kian surut dua minggu belakangan.


Ia juga mengeluhkan hal yang sama, yakni persaingan dagang dengan online shop. Sarah juga mengaku dirinya ikut berjualan secara online.


Namun, itu bukan fokus utamanya.


"Berpengaruh karena online kan, orang jadinya malas datang langsung, jadinya ke online," kaya Sarah.


Ia pun mengaku saat ini omzet hariannya anjlok lebih dari 60 persen.


"Sehari biasanya bisa omzetnya Rp3 juta, sekarang Rp1 juta," katanya.[SB]

×