Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Pakar: Waspada Kecerdasan Buatan Dimanfaatkan Penjahat Siber, Sulit Terdeteksi!

Agustus 25, 2023 Last Updated 2023-08-25T05:23:45Z


 

Kepala Pusat Penelitian untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Vitaly Kamluk mengungkap bahwa penjahat siber mulai memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk beraksi. Bahayanya, aksi mereka sulit terdeteksi.

 

Vitaly Kamluk tidak membantah jika teknologi AI sangat membantu pekerjaan manusia. Namun, bagai pedang bermata dua, kecerdasan buatan juga dimanfaatkan penjahat siber untuk beraksi.

 

"Memang benar bahwa dengan munculnya AI kita telah melihat terobosan teknologi yang dapat meniru konten serupa dengan apa yang dilakukan manusia," kata Vitaly Kamluk dalam acara Cyber Security Weekend, di Bali, Kamis (24/8/2023).

 

Dia menambahkan, mulai dari gambar hingga suara, video deepfake, dan bahkan percakapan berbasis teks yang tidak dapat dibedakan dengan manusia.

 

"Seperti kebanyakan terobosan teknologi, AI adalah pedang bermata dua. Kita selalu dapat memanfaatkannya selama kita tahu cara menetapkan arahan yang aman untuk mesin pintar ini,” sambung Vitaly Kamluk.

 

Kamluk menjelaskan ketika penjahat siber menjalankan aksinya, mereka bisa membuat AI yang disalahkan. Pasalnya, mereka mudah menghilangkan jejak usai beraksi.

 

"Menciptakan AI yang secara ajaib mendatangkan uang atau keuntungan ilegal akan semakin mengaburkan tindakan kriminal para penjahat siber, karena bukan mereka saja yang harus disalahkan, melainkan AI,” jelas Kamluk.

 

“Sistem pertahanan yang cerdas bisa menjadi kambing hitam. Selain itu, kehadiran autopilot yang sepenuhnya independen mengurangi perhatian kontrol manusia,” sambungnya.

 

Vitaly Kamluk pun membagikan tips supaya AI tidak disalahgunakan oleh penjahat siber.

Beberapa hal mesti dilakukan dari mulai pembatasan, kebijakan penggunaan, sampai edukasi.

 

"Mirip dengan WWW, harus ada prosedur untuk menangani penyalahgunaan dan pelanggaran AI serta kontak yang jelas untuk melaporkan pelanggaran," jelasnya.


Kepala Pusat Penelitian untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Vitaly Kamluk mengungkap bahwa penjahat siber mulai memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk beraksi. Bahayanya, aksi mereka sulit terdeteksi.

 

Vitaly Kamluk tidak membantah jika teknologi AI sangat membantu pekerjaan manusia. Namun, bagai pedang bermata dua, kecerdasan buatan juga dimanfaatkan penjahat siber untuk beraksi.

 

"Memang benar bahwa dengan munculnya AI kita telah melihat terobosan teknologi yang dapat meniru konten serupa dengan apa yang dilakukan manusia," kata Vitaly Kamluk dalam acara Cyber Security Weekend, di Bali, Kamis (24/8/2023).

 

Dia menambahkan, mulai dari gambar hingga suara, video deepfake, dan bahkan percakapan berbasis teks yang tidak dapat dibedakan dengan manusia.

 

"Seperti kebanyakan terobosan teknologi, AI adalah pedang bermata dua. Kita selalu dapat memanfaatkannya selama kita tahu cara menetapkan arahan yang aman untuk mesin pintar ini,” sambung Vitaly Kamluk.

 

Kamluk menjelaskan ketika penjahat siber menjalankan aksinya, mereka bisa membuat AI yang disalahkan. Pasalnya, mereka mudah menghilangkan jejak usai beraksi.

 

"Menciptakan AI yang secara ajaib mendatangkan uang atau keuntungan ilegal akan semakin mengaburkan tindakan kriminal para penjahat siber, karena bukan mereka saja yang harus disalahkan, melainkan AI,” jelas Kamluk.

 

“Sistem pertahanan yang cerdas bisa menjadi kambing hitam. Selain itu, kehadiran autopilot yang sepenuhnya independen mengurangi perhatian kontrol manusia,” sambungnya.

 

Vitaly Kamluk pun membagikan tips supaya AI tidak disalahgunakan oleh penjahat siber.

Beberapa hal mesti dilakukan dari mulai pembatasan, kebijakan penggunaan, sampai edukasi.

 

"Mirip dengan WWW, harus ada prosedur untuk menangani penyalahgunaan dan pelanggaran AI serta kontak yang jelas untuk melaporkan pelanggaran," jelasnya.

 

Dia menambahkan, kontak tersebut juga harus dapat diverifikasi dengan dukungan berbasis AI lini pertama dan jika diperlukan, divalidasi oleh manusia dalam beberapa kasus.

 

"Uni Eropa telah memulai diskusi mengenai penandaan konten yang diproduksi dengan bantuan AI," kata Vitaly Kamluk.

 

Dengan begitu, tambahnya, pengguna setidaknya dapat memiliki cara cepat dan andal untuk mendeteksi citra, suara, video, atau teks yang dihasilkan AI.

 

"Akan selalu ada pelanggar, tapi mereka akan menjadi minoritas dan harus selalu lari dan bersembunyi dan dibayangi akan hukuman," terang dia.

 

Sedangkan bagi pengembang AI, masuk akal untuk melisensikan aktivitas terkait teknologi pintar, karena sistem tersebut mungkin berbahaya.

 

Ini adalah teknologi penggunaan ganda, dan sama halnya dengan peralatan militer atau penggunaan ganda, manufaktur harus dikontrol, termasuk pembatasan ekspor jika diperlukan.

 

"Pembuat kode perangkat lunak harus diedukasi untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan mengetahui hukuman atas penyalahgunaannya," tutupnya.[SB]

×