Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kisah Mahmudi, Driver Grab Semarang Pemberi Tumpangan Gratis Anak Yatim Sekolah

Agustus 23, 2023 Last Updated 2023-08-22T22:35:34Z


 

Mahmudi, mitra driver Grab asal Semarang, punya kebiasaan unik yang tak biasa dilakukan oleh rekan sesama sopir ojek online lain, yakni memberikan tumpangan gratis bagi anak yatim berangkat atau pulang sekolah. Namun siapa sangka, kebaikan tersebut rupanya membawa berkah bagi dia dan keluarga.

 

Pendidikan dipandang penting di mata pria berusia 54 tahun itu. Mahmudi berusaha keras agar kedua anaknya bisa sekolah hingga ke perguruan tinggi.

 

Namun, penghasilannya sebagai buruh pabrik di Semarang belum cukup untuk membantu anak pertamanya melanjutkan pendidikan D3 di PKN-STAN Jakarta. Itu sebabnya Mahmudi memutuskan mengambil pekerjaan tambahan sebagai mitra driver Grab dengan layanan GrabBike pada 2018.

 

"Dengan di pabrik gaji UMR Rp 2 juta, padahal cost di sini (Jakarta) Rp 12 juta setahun, untuk kesehariannya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Karena untuk membiayai anak tadi awalnya terpaksa saya ikut (Grab)," katanya kepada kumparan saat ditemui di Grab Excellence Center Cilandak, Jakarta, Selasa (22/8).

 

Warga Indraprasta, Semarang bagian utara, itu membuka orderan GrabBike mulai pukul 06.00 sampai 07.30, sebelum mulai bekerja di pabrik. Kemudian, dia kembali mengaspal selepas pulang dari pabrik pada jam 4 sore hingga 12 malam.

 

Usaha tidak mengkhianati hasil. Sang anak kini sudah lulus dan bekerja di Direktorat Jenderal Pajak di Payakumbuh, Sumatra Barat, sementara anak keduanya kini fokus sekolah di tingkat SMA.

 

Tumpangan Gratis Anak Yatim Berangkat atau Pulang Sekolah, Gak Ada Uang Gak Usah Bayar


Selama mengenyam pendidikan D3 di PKN-STAN Jakarta, anak Mahmudi pernah mengalami kecelakaan pendarahan dekat mata ketika bermain futsal. Kemudian, dia ditolong oleh seorang ibu bernama Yuli dan suaminya, Anton, untuk dibawa ke rumah sakit. Seluruh pengobatan dibiayai oleh keduanya, yang kemudian menolak dananya digantikan oleh Mahmudi.

 

Kebaikan Yuli dan Anton membuat takjub Mahmudi, karena dirinya sempat mengira hal tersebut jarang terjadi di Jakarta. Peristiwa membuat dia teguh ingin berbagi dan berbuat baik terus setiap hari.

"Orang Jakarta saja yang terkenal sulit berbuat baik, yang individualnya tinggi, bisa berbuat sebaik itu," ujar Mahmudi. "Itu menjadikan saya semakin (yakin), berarti saya harus berbagi terus sampai saya gak kuat menjalankan Grab."

 

Mahmudi memulai 'program berbagi kebaikan' beberapa bulan setelah bergabung menjadi mitra GrabBike. Dimulai dari orang terdekatnya, dengan menolong anak yatim tetangga depan rumahnya dengan menggratiskan perjalanan berangkat atau pulang sekolah. Dia juga turut membantu anak yatim di panti asuhan Aisyah yang berada di belakang rumahnya.

 

Menurutnya, banyak anak yatim yang membutuhkan bantuan ini. Oleh sebab itu, agar manfaat ini juga dirasakan oleh anak yatim lainnya di semarang, Mahmudi sengaja menuliskan teks 'Anak Yatim Berangkat / Pulang Sekolah, Gratis' di helm Grab-nya.

 

Kebaikan Mahmudi melebar tidak hanya kepada anak yatim saja. Dia juga berbagi dengan sekelilingnya, siapa pun yang butuh jasa transportasinya.

 

Mahmudi bercerita dirinya pernah mendapati chat dari penumpangnya yang gak mampu membayar penuh biaya perjalanannya. Dia pun mengizinkan si penumpang untuk membayar dengan uang seadanya.

 

Ada juga kisah penumpang yang lupa membawa dompet saat dalam perjalanan. Mahmadi dengan ikhlas membantu mengantarkannya ke tempat tujuan secara cuma-cuma.

"Karena banyak juga yang gak yatim butuh bantuan, terus saya tambahkan (teks di helm Grab), 'Tidak Punya Uang, Tidak Usah Bayar' 'Uang Kurang, Bayar Seadanya'," cerita Mahmudi.

 

Mahmudi juga sering memberikan sedekah kepada penumpang dengan cara memberikan harga lebih murah dibandingkan biaya perjalanan yang tertera di aplikasi. Contoh, jika harga perjalanannya Rp 8.700, maka Mahmudi hanya mematok Rp 8.000 kepada penumpangnnya.

 

Hasil Kecil Lebih Berkah


Sebelum menjadi buruh pabrik dan mitra GrabBike, Mahmudi pernah bekerja sebagai pemimpin tukar guling golf hingga kepala cut and fill yang membawahi 60 sampai 70 personil. Dia bahkan pernah memegang uang operasional hingga Rp 30 juta setiap harinya pada 2005.

 

Namun, semua uang tersebut diakuinya tidak bisa membeli apa-apa. Mahmudi merasa pekerjaan tersebut sudah tidak cocok untuknya, sehingga dirinya memutuskan pindah ke pabrik dengan penghasilan yang tidak seberapa.

"Ternyata saya sadari lama-lama saya berbuat tidak benar, terus saya minta pindah ke pabrik dengan hasil yang kecil, terus pulangnya kita nge-Grab, malah bisa beli rumah. Sekarang bisa memperbaiki (rumah)," akunya.

 

Dengan hidup pas-pasan, dengan nge-Grab, malah bisa beli apa-apa."

- Mahmudi, Mitra Driver GrabBike Semarang –

 

Kini, Mahmudi yang sering mengaspal di masih konsisten menyebarkan kebaikan. Selain menyediakan perjalanan gratis, dirinya juga selalu menyisihkan sebagian penghasilan untuk disumbangkan ke panti asuhan.

 

Dirinya saat ini bergabung dengan komunitas Seger, Semarang Grab Driver. Di sana dia juga berbagi pengalaman selama mengaspal, termasuk membantu sesama mitra sopir Grab yang mengalami kerusakan kendaraan di jalan.[SB]

×