Ketimpangan
antara si miskin dan si kaya di Indonesia kian meningkat pesat sejak era
reformasi hingga saat ini.
“(Ketimpangan
di Indonesia) melesat paling cepat di antara seluruh negara di kawasan,” ujar
Executive Director CNBC Indonesia Intelligence Unit, Muhammad Ma’ruf dalam
pemaparan research-nya yang diterima redaksi, Senin (14/8).
Data Bank Dunia
sepuluh tahun lalu, kata Maruf, sebanyak 10 persen orang Indonesia terkaya
menguasai 77 persen dari seluruh kekayaan Indonesia.
Berdasarkan
data tersebut, Indonesia pun dikenal dunia sebagai negara dengan kesenjangan
sosial yang sangat tinggi, hampir menyamai Rusia.
"Indonesia
adalah negara dengan ketimpangan tertinggi bersama Thailand, setelah Rusia dari
38 negara di dunia,” katanya.
Ketimpangan itu
makin terlihat jika indikator kekayaan menggunakan standar dunia, seperti rasio
indeks gini. Ketimpangan, kata dia, semakin melebar antara si miskin dan si
kaya.
Namun demikian,
ketimpangan tersebut seakan disamarkan karena Indonesia menggunakan perhitungan
indikator sendiri.
Rasio Gini
Indonesia terakhir berada pada angka 0,39, atau di bawah 0,4. Angka ini
diframing seakan-akan baik-baik saja karena menggunakan teori ahli statistik
dan sosiologi asal Italia, Corrado Gini tahun 1912.
“Bagaimana bisa
alat ukur ketimpangan temuan Corrado pada 1912, berdasarkan reaksi empiris
sosio-ekonomi masyarakat Italia abad 19, dipakai untuk mengukur kondisi
ketimpangan abad 21?” tutupnya.[SB]