Di tengah
hubungan diplomatik yang masih tegang, Kanada mengutus Menteri Lingkungan Hidup
dan Perubahan Iklim Steven Guilbeault untuk mengunjungi China. Kunjungan itu membawa misi utama yaitu untuk
mengatasi masalah perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.
Guilbeault
menjadi menteri Kanada pertama yang mengunjungi China dalam empat tahun
terakhir.
Ia dijadwalkan
menghadiri pertemuan tahunan Dewan Tiongkok untuk Kerja Sama Internasional
tentang Lingkungan dan Pembangunan (CCICED), sebuah badan penasihat internasional
tingkat tinggi, yang dimulai Senin (28/8) hingga Rabu (30/8) mendatang.
Guilbeault
mengatakan dua isu penting yang ingin diangkatnya selama di Beijing adalah
pengurangan emisi metana dan target energi terbarukan global, yang sedang
dibahas menjelang konferensi perubahan iklim PBB akhir tahun ini.
Ia juga ingin
menindaklanjuti hasil yang dicapai pada bagian kedua Konferensi Para Pihak
(COP15) Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (CBD), yang diselenggarakan
oleh Kanada dan dipimpin oleh China akhir tahun lalu, menurut Reuters.
Para ahli
berpendapat bahwa kunjungan Guilbeault dapat dilihat sebagai peluang untuk
meredakan ketegangan hubungan Tiongkok-Kanada, karena kerja sama iklim selalu
menjadi jendela untuk menghilangkan ideologi kerja sama antara China dan Barat,
dan hal ini kemudian dapat meluas ke bidang lain.
"China dan
Kanada adalah penandatangan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim dan telah
membuat komitmen untuk mengurangi emisi karbon," kata Ma Jun, direktur
Institut Urusan Publik dan Lingkungan yang berbasis di Beijing, seperti dikutip
dari Global Times, Senin (28/8).
“Sebagai
negara-negara besar dalam rantai energi tradisional, kedua negara memiliki
banyak prospek kerja sama di bidang transformasi energi,” ujarnya.
“Kedua negara
juga dapat lebih memperkuat kerja sama dalam inovasi teknologi energi
terbarukan," lanjut Ma.
Ma mengatakan,
Kanada sedang mengalami kebakaran hutan yang luas, sebuah bencana alam yang
mengakibatkan emisi karbon berlebih secara signifikan.
"Hal ini
semakin menekankan pentingnya respons global bersama terhadap isu-isu
iklim," ujarnya.
Xia Guohan,
pendiri dan direktur Institut Strategi Zonghengce dan Peneliti di lembaga think
tank Charhar Institute ikut berkomentar.
"Mempertahankan
pasar karbon global dapat menjadi bidang kerja sama potensial lainnya,"
kata Xia.
Xia menekankan
bahwa kunjungan Guilbeault ke Tiongkok di tengah ketegangan yang berkepanjangan
merupakan sinyal perdamaian antara kedua belah pihak.
“Memerangi
perubahan iklim adalah salah satu bidang utama di mana Tiongkok dan Barat
secara umum mampu melakukan deideologisasi dan mencapai kerja sama, dan jendela
kerja sama selalu terbuka,” katanya.
China menyambut
kunjungan utusan iklim AS John Kerry pada awal Juli 2023. Negara-negara besar
lainnya termasuk Perancis dan Jerman juga baru-baru ini mengirimkan perwakilan
iklim ke Tiongkok.
“Kerja sama
iklim dapat menjadi pintu untuk meningkatkan hubungan bilateral,” kata Xia.
“Jika kesepakatan kerja sama yang relevan dapat dicapai, maka wajar saja hal
ini dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan kerja sama dan memperluasnya ke
bidang lain.”
Namun, beberapa
pengamat tetap skeptis bahwa kunjungan Guilbeault ke China akan menghasilkan
banyak kerja sama yang substantif, mengingat terbatasnya kemampuan Kanada untuk
mengurangi emisi.
"Jika
menteri Kanada menuntut agar Tiongkok mempercepat target puncak karbon dan
netralitas karbon dengan nada merendahkan, hasilnya bisa menjadi
kontraproduktif," kata Xia.
Hubungan
China-Kanada memburuk pada tahun 2018 ketika pemerintah Kanada menangkap Meng
Wanzhou dari Huawei atas permintaan pemerintah AS ketika dia sedang transit
penerbangan di Vancouver. Hubungan bilateral belum pulih sejak saat itu.[SB]