Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Bumi Pernah Semburkan Berlian seperti Air Mancur saat Benua Pangaea Pecah

Agustus 27, 2023 Last Updated 2023-08-27T10:33:06Z


 

Tahukah kamu bahwa Bumi pernah mengalami air mancur berlian. Itu terjadi saat benua besar Pangaea pecah.

 

Air mancur berlian ini mengalir cepat dari lapisan perut ke permukaan Bumi. Pecahnya super benua, memicu letusan eksplosif bernama kimberlite yang melontarkan air mancur berlian ke permukaan.

 

Kimberlite bergerak dengan kecepatan antara 18 hingga 133 km/jam. Beberapa letusan mungkin telah menciptakan ledakan gas dan debu seperti Gunung Vesuvius, kata Thomas Gernon, seorang profesor ilmu Bumi dan iklim di University of Southampton di Inggris.

 

Para peneliti memperhatikan, kimberlite paling sering terjadi pada saat lempeng tektonik sedang menata ulang dirinya secara besar-besaran. Anehnya, kimberlit sering kali meletus di tengah benua, bukan di tepian benua.

 

“Berlian telah berada di dasar benua selama ratusan juta atau bahkan miliaran tahun,” kata Gernon dilansir Live Science.

 

“Pasti ada stimulus yang mendorong letusan tersebut secara tiba-tiba, karena letusannya sendiri sangat dahsyat, sangat eksplosif.”

 

Aliran lava bergerak ke timur laut lereng gunung berapi Mauna Loa dari letusan Northeast Rift Zone, di Hawaii, AS Selasa (29/11/2022). Foto: USGS/David Fee/Reuters

 

Gernon dan rekan-rekannya mencari korelasi antara usia kimberlite dengan derajat fragmentasi lempeng yang terjadi pada masa itu. Mereka menemukan bahwa selama 500 juta tahun terakhir, ada pola di mana lempeng-lempeng mulai terpisah. 22 juta hingga 30 juta tahun lalu.

 

Letusan kimberlite terjadi di tempat yang sekarang menjadi Afrika dan Amerika Selatan. Peristiwa ini dimulai sekitar 25 juta tahun setelah pecahnya superbenua selatan Gondwana, sekitar 180 juta tahun yang lalu.

 

Untuk mengetahui apa yang mendorong pola-pola ini, para peneliti menggunakan beberapa model komputer simulasi kerak dalam dan mantel atas. Mereka menemukan bahwa ketika lempeng tektonik terpisah, dasar kerak benua menipis - sama seperti kerak di bagian atas yang terbentang dan membentuk lembah.

 

Batuan panas naik, bersentuhan kemudian mendingin dan tenggelam kembali, menciptakan area sirkulasi lokal.

 

Daerah yang tidak stabil ini dapat memicu ketidakstabilan di daerah sekitarnya yang secara bertahap bermigrasi ribuan mil menuju pusat benua. Temuan ini cocok dengan pola kehidupan nyata yang terlihat dengan letusan kimberlite yang dimulai di dekat zona keretakan dan kemudian berpindah ke interior benua.

 

Tapi bagaimana ketidakstabilan ini menyebabkan letusan eksplosif dari dalam kerak Bumi? Gernon mengatakan bahwa peristiwa ini cuma bisa terjadi jika semua komposisi atau komponen di dalam area bergejolak bercampur dengan tepat.

 

Ketidakstabilan ini membuat bebatuan dari mantel atas dan kerak bawah mengalir satu sama lain. Ketidakstabilan ini mengaduk batuan dengan air dan karbondioksida yang terjebak di dalamnya, bersama dengan banyak mineral utama kimberlite termasuk berlian.

 

Sebagai gambaran, ledakan air mancur berlian ini sama seperti sampanye yang meledak saat dibuka.

 

Temuan ini berguna dalam mencari deposit berlian yang belum ditemukan, kata Gernon. Mereka mungkin juga membantu menjelaskan mengapa ada jenis letusan gunung berapi lain yang terkadang terjadi lama, setelah pecahnya superbenua di wilayah yang seharusnya stabil.

 

"Ini adalah proses fisik yang mendasar dan sangat terorganisir," kata Gernon, "jadi kemungkinan bukan hanya kimberlit yang meresponsnya, tetapi bisa jadi seluruh rangkaian proses sistem Bumi yang merespons (gejolak ini) juga."[SB]

×