Demonstrasi di
Bangladesh yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina
berujung ricuh dan menyebabkan banyak korban luka pada Sabtu (29/7).
Kericuhan
tersebut bermula saat aparat keamanan menembakkan peluru karet dan gas air mata
ke arah pendukung oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) yang melakukan
aksi blokade jalan utama di ibu kota, Dhaka.
Sementara para
demonstran pendukung BNP membakar bus dan melemparkan bom molotov, yang
mengakibatkan ketegangan tinggi dengan pihak keamanan setempat.
Mengutip
laporan Al Jazeera pada Minggu (30/7), akibat bentrokan tersebut, puluhan
pendukung BNP dan sekitar 20 personel polisi dikabarkan mengalami luka-luka.
Menurut
keterangan polisi, pihaknya telah menangkap 90 orang yang diduga sebagai
pemantik kerusuhan, termasuk dua pemimpin senior BNP yang telah ditahan polisi
dan kemudian dibebaskan.
Menanggapi
kericuhan dan penangkapan sewenang-wenang itu, pemimpin senior BNP Abdul Moyeen
Khan mengecam tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai ketidakadilan.
"Tindakan
yang merajalela hari ini hanya menegaskan sifat otokratis dari rezim yang
berkuasa, dan sepenuhnya telah mengungkap motif mereka untuk tetap berkuasa
melalui pemilihan yang curang," katanya.
Sementara itu,
jurubicara Kepolisian Metropolitan Dhaka, Faruq Ahmed, membela tindakan mereka dengan menyatakan
bahwa pasukannya diserang tanpa alasan, yang menyebabkan gas air mata dan
peluru karet ditembakkan, guna mengendalikan situasi yang semakin kacau.
Situasi politik
di negara tersebut semakin menegang, dengan para pengamat memperkirakan akan
adanya potensi bentrokan lebih lanjut di Bangladesh, karena Partai Liga Awami
yang berkuasa juga telah mengajukan seruannya untuk protes balasan pada Minggu,
sedangkan oposisi berencana untuk menggelar mobilisasi yang lebih luas lagi
pada awal pekan ini.[SB]