Sebanyak 86
warga di Kabupaten Gunungkidul, DIY dinyatakan positif terpapar antraks setelah
mengonsumsi daging sapi yang mati karena sakit.
Kepala Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawati mengatakan penyebaran
penyakit bakterial ini terungkap ketika pihaknya menerima laporan dari sebuah
rumah sakit ada seorang warga Semanu yang meninggal karena antraks pada 4 Juni
2023 lalu.
Dari sana
Dinkes pun melanjutkan melakukan investigasi dan penggalian keterangan.
Hasilnya diperoleh informasi bahwa pasien berusia 73 tahun tersebut sebelumnya
sempat menyembelih dan mengonsumsi sapinya yang mati karena sakit.
"Menyembelih
dan memakan hewan ternak yang mati karena sakit. Jadi yang meninggal satu, yang
dipastikan karena antraks. Dipastikan (karena daging yang dikonsumsi), karena
hasil pemeriksaannya memang positif antraks," kata Dewi saat dihubungi,
Selasa (4/7).
Hasil
pemeriksaan lanjutan, diketahui ternyata pasien tersebut juga membagi-bagikan
daging sembelihan ke warga lainnya. Dari hasil penelusuran itu, Dinkes kemudian
mewajibkan sekitar 125 orang diambil sampel darah.
"Sebagian
positif, yang 85. Tapi, sebagian besar enggak bergejala," kata Dewi.
Sementara
mereka yang bergejala mengalami diare, luka di kulit, lalu muncul benjolan atau
bengkak kecil kemerahan di bagian tangan.
Dinkes, kata
Dewi, bergerak cepat memberikan obat antibiotik kepada pasien terkontaminasi.
Pemkab setempat
juga melakukan pemantauan selama dua kali masa inkubasi, yakni 120 hari di zona
merah penyebaran penyakit yang dipicu oleh bakteri Bacillus anthracis ini.
Lanjut Dewi,
dinkes turut memberikan edukasi kepada warga agar hanya mengonsumsi daging dari
ternak yang sehat saja.
"Kondisi
terkini dari mereka yang terpapar, baik. Semua itu kondisinya membaik,"
tegas Dewi.
Dewi
menerangkan penyakit antraks bersifat zoonosis atau mampu menular dari hewan ke
manusia, namun tidak untuk antar manusia. Penularan dari hewan ini umumnya
melalui kontak langsung seperti bersentuhan dengan tubuh yang luka.
Seseorang juga
bisa terpapar antraks jika menghirup spora bakteri Bacillus anthracis yang
bertebaran di udara.
"Ketiga,
juga bisa karena dimakan," sambung Dewi.
Dinkes, menurut
Dewi, telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Gunungkidul untuk upaya
penanganan dan pencegahan penyebaran antraks dari sisi hewan ternak.[SB]