Komisi
Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 204.807.222 pemilih dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT) pada Pemilu 2024. Pulau Jawa tetap menjadi penyumbang pemilih
terbanyak.
Rinciannya Jawa
Barat dengan 35.714.901 pemilih, Jawa Timur 31.402.838 pemilih, Jawa Tengah
28.289.413 pemilih, Banten 8.842.646 pemilih, DKI Jakarta 8.252.897 pemilih,
dan DI Yogyakarta 2.881.969 pemilih.
Direktur Eksekutif
Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan dengan kondisi
yang tak jauh dari Pilpres 2019 lalu, Jawa masih menjadi medan pertempuran.
Mereka bakal
matian-matian meraih suara di tiga provinsi yang memiliki suara besar, yakni Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
"Setidaknya
untuk membuyarkan dominasi PDIP," kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Senin
(3/7).
Dedi menyebut
partai politik yang telah mengusung capres akan melancarkan sejumlah strategis
untuk mendulang suara di Pulau Jawa.
Menurutnya,
Prabowo Subianto tetap akan menyasar wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Koalisi
Prabowo sadar mereka tak bisa meraup suara maksimal di Jawa Tengah.
Sementara, kata
Dedi, koalisi pengusung Anies Baswedan, akan menjadikan Jawa Tengah sebagai
medan pertempuran baru.
"Hal ini
sudah terlihat di Iduladha kemarin, Anies berkurban di Kudus Jateng, dan
Prabowo sasar Jabar juga Jatim. Sementara Banten akan menjadi wilayah yang
tidak begitu heroik," ujarnya.
Dedi mengatakan
partai politik di luar PKB, PDIP dan Gerindra akan melakukan banyak uji coba
strategi, terkhusus di kalangan pemilih muda di Jawa Barat dan Jawa Timur. Ia
menilai kalangan muda akan menjadi target utama setiap partai politik.
"Sementara
di Jateng, pendekatannya lebih ke arah religiusitas, dan sasarannya adalah
wilayah yang memang tidak merah," lanjutnya.
Dedi
berpendapat semua partai politik mempunyai tantangan untuk meyakinkan pemilih
muda untuk menerima gagasan politik. Ia menilai kelompok muda rumit.
"Kelompok
muda itu dalam praktik propaganda mereka akan ramai karena mudah tergoda untuk
berada di satu kelompok, mereka mengikuti tren keriuhan dari kampanye, tetapi
senyap di TPS [Tempat Pemungutan Suara] karena mereka belum tentu secara
mayoritas akan datang ke TPS dan memilih pada hari pemungutan," katanya.
Dedi
menambahkan bakal capres dan cawapres juga tidak begitu dominan dalam
menentukan dukungan. Namun, ia menggarisbawahi khusus untuk Jawa Timur di mana
bakal calon bisa menarik massa.
"Misalnya
tokoh NU bisa menarik massa untuk di Jatim," ujarnya.[SB]