Mungkin sebagian Muslim sempat ada yang bertanya-tanya tentang apakah seorang Muslim yang berkurban dapat terampuni dosa-dosanya selama setahun dengan darah hewan kurban tersebut?
Dina Mohamed Basiony, penulis Muslim dan spiritualitas asal Kairo Mesir, menjelaskan, penyembelihan hewan kurban bukan untuk pengampunan dosa. Tujuan dilaksanakannya ibadah kurban, merujuk firman Allah SWT berikut ini:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al Hajj ayat 37)
Dilansir About Islam, mengurbankan hewan berarti memperingati peristiwa yang terjadi pada Nabi Ibrahim SAW. Apa yang terjadi padanya menggambarkan makna tauhid yang benar dan murni, keyakinan penuh, kepercayaan dan ketergantungan kepada Sang Pencipta Allah SWT, dan bagaimana Dia memberi penghargaan kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas.
Nabi Ibrahim meninggalkan ayahnya sendiri dan orang-orangnya ketika dia menemukan bahwa mereka mempersekutukan orang lain dengan Allah SWT dan bukan monoteis.
Dia memilih menyembah Allah saja. Dia menolak tuhan palsu apapun bahkan jika ini berarti meninggalkan bangsanya sendiri. Mereka sampai ingin membakarnya karena menghina tuhan-tuhan palsu mereka.
Sehingga dia memutuskan meninggalkan mereka dan tetap berada di jalan lurus monoteisme murni. Ibrahim meminta Sang Pencipta untuk seorang putra yang saleh. Allah SWT memberinya seorang putra. Tetapi Dia mengujinya dengan karunia ini.
Maka, Allah meminta Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya...
Maka, Allah meminta Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya. Meskipun ini adalah perintah yang cukup berat dan sulit baginya, namun hatinya sangat bergantung dan percaya kepada Allah.
Dia tahu bahwa apapun yang Allah tetapkan adalah yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya karena Dia Maha Penyayang, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.
Nabi Ibrahim tunduk pada Kehendak Allah. Putranya juga melakukannya. Ketika Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah membiarkannya melakukannya. Dia menebus putranya dengan pengorbanan besar yang Dia kirimkan.
Inti dari cobaan ini adalah menguji keterikatan di hati Ibrahim dan putranya. Apakah mereka penuh iman, kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, atau apakah mereka penuh dengan ketakutan, keraguan atau cinta untuk hal-hal dalam kehidupan duniawi fana?
Ketika Allah melihat keikhlasan mereka dalam iman (yang merupakan tujuan penciptaan seluruh umat manusia), Dia menyelamatkan Ibrahim dan putranya dari cobaan yang sulit. Dia menebus putranya dengan pengorbanan besar, yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, yaitu seekor domba jantan yang telah merumput di surga selama empat puluh tahun.
Selain itu, Allah SWT juga memberi Ibrahim anak laki-laki lain, yakni Ishaq. Kemudian, dan untuk selamanya, Allah memberi Ibrahim reputasi terhormat di generasi selanjutnya. Sampai akhir zaman orang akan mengingatnya dan belajar dari kisahnya.
Ketaatan Nabi Ibrahim memberi pelajaran kepada setiap Muslim untuk sejalan dengan tujuan penciptaan dirinya, tidak melawan tujuan penciptaan itu, dan inilah yang kemudian memberikan perasaan damai, tenang, stabil, puas dan bersyukur. [SB]