Usai akuisisi Twitter oleh Elon Musk yang memicu 'kekacauan', banyak pihak, termasuk selebritas, hengkang dari media sosial tersebut. Bagaimana pandangan komunitas astronomi, yang banyak menyebarkan gagasannya di platform tersebut, soal ini?
Sejak Elon Musk masuk sebagai CEO, Twitter dianggap bak 'sirkus'. Banyak penggunanya yang mengancam pergi, bahkan ketika akuisisi belum rampung.
Selain itu, studi mengungkap makin banyak ujaran kebencian dan misinformasi yang menyebar di Twitter, termasuk soal anti-vaksin, anti perubahan iklim, rasisme, dan twit yang berbau seksis. Alhasil, pengguna Twitter ada yang memilih bermigrasi ke media sosial lain.
Musk juga mengembalikan akun-akun yang dianggap kontroversial seperti akun milik mantan Presiden AS, Donald Trump. Melansir BBC, Twitter pada November lalu berhenti mengambil tindakan terhadap akun yang melanggar panduan soal Covid mereka.
Padahal, Twitter sebelumnya telah menangguhkan lebih dari 11 ribu akun karena misinformasi Covid-19 per September 2022. Rentetan kekacauan itu membuat pengguna Twitter bermigrasi ke media sosial lain.
Namun demikian, hal itu tidak dilakukan oleh mantan astronaut Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) Jose Hernandez.
"Saya melihat [Twitter] sebagai alat yang baik untuk menyebarkan informasi, terutama kepada komunitas atau sektor di komunitas kita yang mungkin tidak berusaha keras untuk belajar tentang sains," ujar Hernandez seperti dilansir Space.
Hernandez misalnya mentwit soal peluncuran Artemis 1 dan pesawat Orion. Menurutnya, hal itu dilakukan demi memberi tahu publik.
"Anda melihat saya mengunggah soal itu karena saya ingin orang-orang tahu bahwa 'Hei, kita kembali ke Bulan," kata dia yang kerap berkicau di akun @astro_jose.
"Kita tidak hanya kembali ke Bulan melainkan membawa serta banyak laki-laki dan perempuan serta orang kulit berwarna melangkah di sana," Hernandez menambahkan.
Peluncuran pesawat Orion dan beberapa roket milik SpaceX terasa ironis. Pasalnya, SpaceX dipimpin oleh Musk, yang juga CEO Twitter sebelum ia melepaskan jabatannya itu baru-baru ini.
Hernandez mengatakan ia menyukai Musk sebagai pimpinan SpaceX. Namun yang ia tidak suka adalah Musk yang memiliki pandangan politik tertentu.
"Anda harus bisa memisahkan Musk, individu yang punya visi untuk SpaceX dari Elon Musk, sosok yang memiliki pandangan politik sendiri," kata Hernandez.
Ia juga mengaku sangat tidak setuju dengan aktivitas lain Musk di luar SpaceX. Namun demikian, dia memaklumi kelakuan orang terkaya kedua dunia versi Forbes itu.
"Dengan rasa hormat kepada angkasa, Anda tahu, hormat saya untuknya. Dia (Musk, red) seorang jenius dan saya mengapresiasi apa yang telah dia lakukan dalam hala mendorong NASA dan perusahaan lain terkait perjalanan ke luar angkasa," aku dia.
"Tetapi dengan aktivitas lainnya, Anda tahu saya benar-benar tidak setuju dengan bagaimana dia memposisikan dirinya. Tetapi ini negara bebas dan sepanjang dia tidak melakukan sesuatu yang ilegal, ya saya kira dia diizinkan melakukannya," ujarnya menambahkan.
Beda massa
Terlepas dari banyaknya ujaran kebencian di platform, banyak akademisi di komunitas sains dan luar angkasa mempertanyakan apakah mereka harus bertahan di Twitter atau beralih ke Mastodon atau platform lainnya.
Hernández mengakui tidak dapat disangkal bahwa basis pengguna Twitter yang besar menyediakan platform penting untuk komunikasi sains.
"Saya pikir orang lain telah menyatakan keprihatinannya, tetapi itu yang saya sebut keprihatinan pasif," kata Hernández.
"Saya pikir apa yang mereka katakan kepada diri mereka sendiri adalah, 'Anda tahu, mungkin Twitter bukanlah forum yang tepat untuk apa yang ingin saya capai. Anda tahu, mungkin saya harus pergi ke LinkedIn dan melakukan posting saya di sana, atau forum yang lainnya," urai dia.
Namun, katanya, platform-platform tersebut tidak cukup cocok dengan Twitter dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah menginspirasi banyak orang.
"Ada sedikit audiens untuk Anda berbagi informasi [di paltform lain]," ungkap dia.
"Dan ada sedikit kemungkinan Anda dapat memicu imajinasi seorang anak muda yang membaca tweet itu yang kemudian berkata, 'Hei, mungkin saya harus melihat di karier bidang sains atau STEM (science, technology, engineering, and math) setelah membaca postingan astronaut José Hernández," imbuhnya.
"Kami akhirnya kehilangan kesempatan itu (untuk menginspirasi), dan itu adalah kasus di mana saya berkata, 'Kami melakukan tindakan merugikan masyarakat dengan pindah [ke platform lain]'."
Meski demikian, Hernandez mengaku tetap memantau dengan apa yang terjadi di Twitter.
"Tapi sekali lagi, kami juga sangat waspada dengan apa yang terjadi jika kami tetap di [Twitter]. Apa yang akan terjadi pada platform ini, dan apakah kami akan tenggelam?" ia mengakhiri. [SB]