Jenderal militer Israel, Herzi Halevi, mengisyaratkan pada Selasa (23/5) negaranya semakin dekat menggelar operasi militer menyerang Iran.
Rencana itu semakin mencuat setelah Israel amat mewaspadai potensi ancaman nuklir bawah tanah Iran.
Sejumlah negara kuat seperti Amerika Serikat tampaknya mengalami jalan buntu bernegosiasi dengan Iran untuk menghentikan pengayaan uranium menjadi senjata nuklir.
"Iran telah maju dengan pengayaan uranium yang sudah sangat jauh dari sebelumnya. Ada perkembangan negatif di depan yang dapat membawa aksi (militer)," ujar Letnan Jenderal Halevi dalam pidatonya seperti dikutip dari Reuters.
Halevi tidak membeberkan secara detail perkembangan yang dimaksud, termasuk aksi yang kemungkinan diambil dan oleh siapa.
"Kami punya kemampuan dan yang lain juga punya kemampuan," tutur Halevi merujuk aliansi Israel dengan AS, dalam forum keamanan internasional Konferensi Herzliya.
Para ahli di Israel sendiri beda pendapat soal apakah militer negara itu punya kekuatan untuk membuat kerusakan permanen pada fasilitas nuklir Iran yang jauh, tersebar, dan amat dilindungi.
Iran sendiri membantah mengembangkan bom nuklir tersebut, namun telah berjanji akan melakukan pembalasan yang menghancurkan untuk setiap serangan.
Sementara itu, ada spekulasi bahwa Israel memanfaatkan negara-negara di perbatasan Iran sebagai batu loncatan untuk melancarkan serangan.
Salah satu negara yang tengah didekati Israel adalah Azerbaijan. Namun, negara itu menolak meskipun memiliki ikatan yang kuat dengan Israel.
"Kami menahan diri untuk tidak ikut terlibat dalam perselisihan atau permasalahan (negara lain), termasuk dengan mengizinkan atau memberikan wilayah kami untuk sejumlah operasi atau petualangan," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Azeri Fariz Rzayev, seperti dikutip dari Reuters.
Associated Press sebelumnya melaporkan Iran telah membangun ruang bawah tanah di Pegunungan Zagros untuk fasilitas pengayaan uranium. Zagros menggantikan Natanz yang dihancurkan pada 2020 lalu.
Iran mengumumkan pada 2021 telah berupaya memindahkan pusat pengayaan uranium ke "daerah pegunungan dekat Natanz.
"Hal ini tentu saja membatasi kemampuan untuk melakukan serangan seperti yang dilakukan di permukaan tanah yang tentunya relatif lebih mudah. Tapi bisa kami katakan bahwa tidak ada tempat yang tak bisa dijangkau," ujar Penasihat Keamanan nasional Israel, Tzachi Hanegbi.[SB]