Bisa hasilkan
tulisan level akademik tinggi menjadi salah satu keunggulan platform chatbot
kecerdasan buatan generasi terkini seperti ChatGPT. Namun, ada sederet sisi
gelap dari penggunaan AI ini.
Belakangan, AI
menarik perhatian dunia lantaran 'ulah' ChatGPT yang unjuk gigi menghasilkan
teks dengan mutu tinggi. Lewat beberapa eksperimen, produk perusahaan OpenAI
itu mampu menjawab ujian magister bisnis dan kedokteran.
OpenAI selaku
pembuat ChatGPT sudah memperingatkan platform ciptaannya memiiki batasan.
Misalnya "terkadang menulis jawaban yang terdengar masuk akal tetapi salah
atau tidak masuk akal."
AI produk
perusahaan lainnya kemudian menyusul, termasuk Bard dari Google dan Bing AI
dari Microsoft.
Berikut sederet
potensi besar ChatGPT dalam konteks negatif, yang dirangkum CNNIndonesia.com
dari berbagai sumber:
Spam di
aplikasi kencan
Berkomunikasi
dengan orang lain tidak selalu mudah, salah satunya di aplikasi kencan. ChatGPT
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan menggantikan orang
melakukan obrolan di aplikasi kencan.
Meski tampak
tidak berbahaya, keintiman lewat komunikasi alami yang seharusnya dihasilkan
lewat aplikasi kencan tidak akan berhasil karena salah satu pihak digantikan mesin.
Malware
ChatGPT yang
dapat membuat malware atau program jahat memang menakutkan. Platform dapat
melakukannya tanpa henti karena AI tidak tidur.
Majalah
Infosecurity menulis "peneliti cybersecurity mampu membuat program
polimorfik yang sangat sulit dipahami dan sulit dideteksi."
Pada dasarnya
para peneliti dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk menghasilkan kode untuk
malware, kemudian menggunakan aplikasi tersebut untuk membuat variasi pada kode
tersebut agar sulit dideteksi atau dihentikan.
"Dengan
kata lain, kami dapat memutasikan keluaran dengan cepat, menjadikannya unik
setiap saat," kata para peneliti kepada Majalah Infosecurity.
Gusur penulis
Produk utama
dari ChatGPT adalah tulisan. Platform ini pun sangat mungkin untuk menggantikan
penulis profesional.
"Seorang
klien memberi tahu saya dia tidak akan lagi membayar saya untuk menulis konten
untuk situs webnya karena A.I. dapat menulisnya secara gratis," kicau
kolumnis Jason Colavito.
"Tetapi
dia ingin membayar saya dengan tarif lebih kecil dari biasa untuk 'menulis
ulang' dengan kata yang berbeda sehingga dapat melewati penapisan deteksi
A.I," lanjutnya.
Meski begitu,
sejumlah pihak menilai AI ini belum sempurna. Salah satu ketidaksempurnaannya
adalah bisa salah dalam memberikan jawaban atau inkonsisten terkait penggunaan
kata-kata atau diksi.
Tipu HRD
Sebuah firma
konsultan melaporkan tulisan yang dibuat oleh ChatGPT ketika proses melamar
kerja berhasil mengalahkan 80 persen pelamar lainnya.
Hal ini disebut
karena ChatGPT dapat menggunakan kata kunci yang menarik untuk para perekrut
dan aplikasi perangkat lunak yang mereka gunakan untuk memfilter tulisan.
Phishing dan
scamming
Hingga saat ini
belum ada bukti ChatGPT digunakan untuk phishing dan scamming. Phishing dan
scamming sendiri biasanya mudah dikenali dari penulisan yang buruk, sehingga
kejahatan jenis ini mudah dihindari.
Jika para
penjahat menggunakan ChatGPT untuk membuat pesan scam, maka kemungkinan akan
lebih sulit untuk mengidentifikasinya.
Nyontek
ChatGPT
diketahui dapat menjawab berbagai pertanyaan, termasuk yang berkaitan dengan
tugas dan ujian sekolah. Meski penggunaan macam ini bisa diprediksi, ChatGPT
yang lebih canggih kemungkinan bisa membingungkan guru.
Potensi ChatGPT
untuk digunakan menyontek ini pun membuat Departemen Pendidikan New York City
memblok akses ke platform itu pada perangkat yang terhubung dengan internet di
sekolah-sekolah negeri.
Masalah hak
cipta
Alih-alih
mempermudah pekerjaan manusia, platform dengan AI juga sempat bermasalah dengan
hak cipta.
Perusahaan
penyedia foto Getty Images mengumumkan gugatan terhadap Stability AI,
perusahaan pembuat aplikasi foto seni AI populer Stable Diffusion.
Dalam
gugatannya, Getty Image menuduh perusahaan teknologi tersebut melakukan
pelanggaran hak cipta. Getty Image menuduh Stability AI menyalin dan memproses
jutaan gambar milik mereka tanpa mendapatkan lisensi yang sesuai.
Perusahaan
menilai Stability AI tidak mengejar lisensi dari Getty Images. Pihaknya pun
menempuh jalur hukum karena menganggap pengembang mengejar keuntungan komersial
sendiri.
Robot pembunuh
Terlepas dari
kecanggihan teknologi AI, sejumlah pengamat mengkhawatirkan penggunaan AI
terutama dalam pertempuran yang terjadi di kota. Pasalnya, AI tak mengerti soal
Hukum Konflik Bersenjata (Laws of Armed Conflict) dan bisa berpotensi menjadi
robot pembunuh.
Di bidang
militer, AI sendiri dibutuhkan "menyediakan bantuan robotik di medan
pertempuran, yang dapat membuat pasukan mempertahankan atau melebarkan
kapasitas tempur, tanpa perlu meningkatkan jumlah pasukan".
Singkatnya,
sistem robotik akan mengerjakan tugas yang dianggap kasar atau terlalu
berbahaya untuk manusia. Tugas-tugas itu antara lain memberi pasokan untuk
pasukan, pembersihan ranjau, atau pengisian bahan bakar pesawat di udara.
Angkatan Udara
AS (USAF) misalnya yang menerbangkan jet tanpa awak sebagai 'Loyal Wingman'
untuk mendampingi jet yang dikemudikan manusia. Jet nirawak itu bertugas untuk
melawan musuh, menuntaskan misi, atau membantu pilot melakukannya.
Selain itu, AI
juga dianggap punya pandangan sempit tentang dunia sehingga mereka gagal
menavigasi konflik di dalam kota. Alhasil, para ahli khawatir armada tempur
berteknologi AI akan menjadi 'robot pembunuh'.
Tingkat
kekhawatiran pun terbilang tinggi hingga membuat Human Right Watch meminta
larangan penggunaan penuh AI otomatis untuk membuat keputusan krusial.
Mereka ingin
ada larangan serupa terhadap AI, tak beda dengan larangan terhadap penggunaan
senjata biologis dan kimiawi.[SB]