Momen perayaan
hari ulang tahun (harlah) PPP di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (16/2), dibuat
terkesima oleh Presiden Joko Widodo. Pasalnya, ia menyiratkan dukungan nyapres
di 2024 kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ketika menyapa
deretan tokoh politik yang belakangan disebut-sebut potensial sebagai sebagai
capres, di momen itu.
Pengamat
politik dari Citra Institute, Efriza, menjadi salah seorang yang melihat bahasa
isyarat politik Jokowi di harlah PPP itu memang ditujukan untuk meng-endorse
Prabowo. Sebabnya, dari banyak tokoh potensial nyapres di 2024 yang hadir di
acara tersebut, nama Prabowo diucapkan paling pertama.
Hal itu, menurutnya, bertepatan dengan situasi
politik yang berkembang hari ini. Di mana, Jokowi yang disebut-sebut
mengendorse Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, justru malah memperlihatkan
kecenderungan kepada tokoh lain di hadapan publik.
“Langkah Jokowi
meng-endorse Prabowo dibutuhkan, ketika Ganjar, dibuat mati kutu,” ujar Efriza
kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (18/2).
Efriza
mengurai, Ganjar yang seolah-olah terlihat tak mendapat dukungan dari Jokowi
ibarat setali tiga uang, jika melihat posisinya sebagai kader PDI Perjuangan yang
ingin nyapres di tahun politik 2024, namun tak dapat restu.
“Ia dibuat mati
kutu tak dapat bergerak bebas, karena Ganjar juga adalah petugas partai' ini
dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri,” sambungnya.
Dosen Ilmu
Pemerintahan Universitas Sutomo ini menambahkan, jika Jokowi benar-benar
meng-endorse Prabowo sebagai capres di 2024, kemungkinan mantan Walikota Solo
itu memang sedang membuat rencana-rencana mempertahankan kekuasaannya.
“Upaya
meng-endorse Prabowo adalah alternatif, langkah taktis cadangan, pilihan tak
langsung Jokowi jika ternyata PDIP pilihannya malah tidak sesuai ekspektasi
dirinya,” tuturnya.
“Jadi,
meng-endorse Prabowo bukan semata sikap netral Presiden, tetapi upaya mempunyai
pilihan kedua, selain dari PDIP konsekuensi dirinya 'petugas partai’,” demikian
Efriza.[SB]