Gempa dengan magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki pada Senin (6/2) dituding ulah manusia. Benarkah hal tersebut?
Tudingan soal gempa hasil rekayasa antara lain muncul dari Walikota Ankara, Ibrahim Melih Gokcek. Dikutip dari Arab News, Gokcek lewat akun Twitternya menyebut, ini bukan kali pertama bagi Turki menjadi target gempa "buatan manusia".
"Sekarang, saya berpikir, ini mungkin gempa hasil rekayasa manusia. Saya tidak mengatakan hal itu pasti demikian, tetapi ada kemungkinan yang sangat besar," tulis Gokcek dalam akun twitternya.
Gempa magnitudo 7,8 terjadi di Turki pada Senin (6/2) dan mengakibatkan kerusakan parah serta ribuan korban jiwa.
Dilansir CNN, Kamis (9/2), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan jumlah korban tewas di Turki meningkat menjadi setidaknya 9.057 orang dengan 52.979 lainnya dilaporkan terluka.
Sementara, White Helmets, sebuah organisasi sukarelawan di Suriah, mengungkapkan total korban jiwa di Suriah naik menjadi 2.992.
Jika dirinci, 1.730 korban jiwa berada di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut. Kemudian, 1.262 korban jiwa lainnya berada di bagian yang dikuasai pemerintah Suriah.
Sejumlah pihak menuding Amerika Serikat (AS) dengan teknologi HAARP miliknya menjadi dalang gempa tersebut. Tudingan itu antara lain muncul dari para pegiat teori konspirasi.
Belakangan, Gokcek ternyata juga mempercayai teori tersebut. Masih dari akun Twitternya, Gokcek membagikan sebuah video Youtube berisi penjelasan soal HAARP.
"Saya bilang, harus ada investigasi soal ini. Apakah ada kapal riset seismik yang melintas di dekat episenter? Jika iya, kapal itu milik negara mana?" tuding Gokcek.
Mengutip halaman resmi Stanford, beberapa gempa memang dapat dibuat oleh manusia. Salah satu kota di AS yang pernah cukup sering mengalami gempa buatan manusia adalah Oklahoma.
Hal tersebut terjadi karena injeksi air pembuangan dari tambang minyak dan gas. Air tersebut diinjeksi ke kedalaman 7000 kaki di bawah tanah di utara tengah Oklahoma dan selatan Kansas.
Penyuntikan air ke dalam lapisan tersebut dapat berdampak kepada patahan di sekitarnya. Alhasil, patahan terdampak itu bisa menghasilkan gempa karena tekanan yang dihasilkan dari suntikan air limbah tersebut.
"Injeksi cairan ke formasi Arbuckle meningkatkan tekanan yang menyebar di area yang besar. Tekanan itu bermasalah karena dapat berdampak ke patahan yang besar di dekatnya yang sudah berada dalam tekanan akibat proses tektonik," tulis para pakar yang penelitiannya sudah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
"Gempa yang diinduksi di Oklahoma meningkat drastis sekitar 2009 dan puncaknya terjadi pada 2015, dengan hampir 1000 gempa yang dirasakan dan menyebar di sebelah utara dan selatan negara bagian tersebut," tulis mereka lagi.
Hal serupa juga dinyatakan geofisikawan dari Free University of Berlin, Marco Bohnhoff yang telah meneliti lebih dari 20 tahun di bidang aktivitas seismik alami maupun injeksi. Menurutnya, ada beberapa aktivitas manusia yang bisa memicu gempa.
"Dengan gempa induksi, jelas ada koneksi spasial dan temporal antara peristiwa gempa dan aktivitas manusia seperti pertambangan, pengisian reservoir bendungan, atau injeksi cairan untuk tujuan penyimpanan air di bawah tanah," tulisnya seperti dikutip dari ESKP.
Bohnhoff menambahkan, formasi bebatuan yang terganggu oleh aktivitas manusia tersebut memainkan peranan penting dalam terjadinya gempa. Ia mencontohkan, stimulasi hidrolik atau operasi injeksi air bertekanan tinggi pada lapisan sedimen tidak akan memicu aktivitas seismik.
Lebih lanjut, Bohnhoff mengatakan, gempa karena injeksi dengan magnitudo lebih besar dari 5 terjadi di lapisan kerak Bumi yang padat, dan bukan di cekungan pengendapan.
Kendati demikian, sejumlah pakar menyebut, gempa di Turki tidak terjadi karena aktivitas manusia. Seismolog dari lembaga pemantau geologi AS (USGS), Susan Sough menyebut gempa di Turki sangat merusak karena lokasi dan kedalamannya yang dangkal.
"Dunia telah melihat magnitudo yang lebih besar dari [gempa] ini selama 10-20 tahun terakhir," kicaunya.
"Tetapi gempa yang dekat dengan M8 tidak umum terjadi pada sistem patahan sesar dangkal, dan karena kedekatannya dengan pusat populasi dapat sangat mematikan."[SB]