Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumaryanto menyatakan siap membantu mahasiswa atau mahasiswinya yang kesulitan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) di kampusnya.
Pernyataan Sumaryanto ini merespons pengalaman salah seorang mahasiswi di kampusnya berinisial NRFA alias R yang hingga jelang akhir hayatnya terancam putus kuliah lantaran mengalami kesulitan secara finansial. Dia sampai dibantu oleh guru-guru sekolah, teman, dosen, hingga kepala jurusannya untuk membayar kuliah.
Sumaryanto mengaku belum mengetahui kisah R tersebut. Namun, dia merasa sedih apabila hal itu benar-benar terjadi di kampusnya.
"Saya sedih, sangat sangat sedih, sangat berduka kalau salah satu penyebabnya enggak bisa bayar, sampai depresi. Saya minta datanya (R) akan saya follow up, ini kenapa wafatnya. Akan saya cari betul. Sedih saya dengar kabar ini," kata Sumaryanto saat dihubungi, Kamis (12/1) malam.
Sementara Sumaryanto berkomitmen dan selalu menyampaikan bahwa dirinya bersedia membantu para mahasiswa/mahasiswi yang kesulitan membayar UKT dengan cara mengirimkan surat disertai bukti kuat langsung ke rektor.
Respons darinya akan disampaikan ke wakil rektor, termasuk pertimbangan atau bentuk bantuan yang akan diberikan nantinya.
"Kami tidak ingin keluarga besar kami tidak selesai studi hanya karena masalah uang. Jadi betul-betul kalau ada mahasiswa kesulitan uang, kalau enggak UNY, yang membantu Sumaryanto. Itu komitmennya secara pribadi," imbuhnya.
Dia menjamin bahwa mekanisme pengajuan keberatan nominal UKT juga tersedia di kampusnya. Yakni, melalui surat yang ditandatangani orang tua mahasiswa dikirimkan ke rektor lengkap dengan permohonan penundaan, atau penurunan hingga pembebasan pembayaran.
Surat tersebut akan dipelajari dan dipertimbangkan alasannya sebelum dijawab lewat wakil rektor II. Mahasiswa yang masih merasa keberatan dipersilakan menemui rektor dan menjelaskan secara langsung.
Lewat kesaksian rekan R, Rachmad Ganta Semendawai melalui akun Twitter miliknya @rgantas, menceritakan bahwa R diwajibkan membayar UKT senilai Rp3,14 juta per semesternya. Sementara keluarga yang bersangkutan bukan dari kalangan berada.
Nominal Rp3,14 juta muncul disinyalir lantaran sebelumnya R dengan ponsel yang meminjam milik tetangganya, gagal mengunggah berkas-berkas yang diminta setelah mengirimkan besaran pendapatan. R juga sempat mengajukan pengajuan keberatan nominal UKT pada semester II dan besarannya saat itu berkurang Rp600 ribu.
Terkait hal ini, Sumaryanto menegaskan bahwa setiap peserta didik berkesempatan untuk merevisi nominal UKT didahului pengiriman surat permohonan ke rektor UNY. Pengajuan keringanan UKT juga diperkenankan jika mahasiswa atau keluarga tertimpa musibah seperti bencana alam, kecelakaan, atau pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kemungkinan sekali (bisa). Ada yang nulisnya nolnya kebanyakan. Jadi (bagian) penghasilan, siap membayar UPPA (Uang Pangkal Pemgembangan Akademik). Kita curiga, benar ini angkanya segini. Ternyata salah. Sebagian besar yang mengoreksi meminta turun karena salah menginput data," kata Sumaryanto.
Dia mengatakan golongan UKT terendah di kampusnya adalah sebesar Rp500 ribu per semester. Paling tinggi Rp5,6 jutaan kecuali di Fakultas Teknik yang bisa mencapai Rp6 jutaan per semesternya.
"Ngajukan surat rektor, ternyata kami pendapatannya sekian. Bahkan ada, karena kena gempa, kena PHK, kami akan mengusulkan dikurangi UKT satu grade, bisa. Yang penting enggak bohong, kalau apa adanya kami bantu," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, akun @rgantas menceritakan kisah NRFA alias R, mahasiswi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNY angkatan 2020 yang berjuang demi melunasi biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) kampusnya.
R sampai harus dibantu guru-guru sekolahnya demi bisa membayar UKT semester pertama. Di semester kedua, Dosen Pembimbing Akademik (DPA), kepala jurusan (kajur), dan rekan-rekannya patungan untuk melunasi UKT R. Itu pun R harus bekerja paruh waktu dan keluarganya berhutang demi menutup kekurangannya.
Sampai akhirnya R disebut cuti kuliah demi bisa bekerja. Pada 9 Maret 2022, pemilik akun @rgantas menerima kabar R meninggal dunia setelah kritis dirawat di rumah sakit karena hipertensi. Pembuluh darah di otaknya pecah.[SB]