Setidaknya 12 orang tewas akibat bentrokan antara aparat dan demonstran yang berupaya menyerbu salah satu bandara di Kota Juliaca, Peru, pada Senin (9/1).
Seorang pejabat di Rumah Sakit Calos Monge mengatakan bahwa mereka menemukan luka tembak di tubuh para demonstran yang tewas itu.
Dengan insiden terbaru ini, total 34 orang tewas dalam demonstrasi akibat krisis politik di Peru dalam beberapa bulan belakangan.
"Yang terjadi di Peru adalah orang saling bunuh. Saya meminta semuanya tenang," ujar Wali Kota Juliaca, Oscar Caceres, seperti dikutip AFP.
Peru memang sudah terjerumus dalam konflik politik berkepanjangan dalam beberapa bulan terakhir. Belakangan, para demonstran meminta Presiden Dina Boluarte mundur.
Boluarte sendiri baru dilantik untuk menggantikan Pedro Castillo yang dimakzulkan pada 7 Desember lalu. Ia dilengserkan ketika berupaya membubarkan parlemen dan memerintah berdasarkan dekrit.
Aparat langsung menahan Castillo ketika sang mantan presiden dalam perjalanan menuju kedutaan besar Meksiko untuk mencari suaka.
Sepeninggal Castillo, Peru masih terus membara. Warga menuntut Boluarte mundur dan menggelar pemilu lebih cepat.
Awalnya, Peru seharusnya menggelar pemilu pada 2026. Guna meredam amarah demonstran, Boluarte sempat mengajukan percepatan pemilu menjadi 2024.
Meski demikian, para pengunjuk rasa mendesak pemilu digelar sesegera mungkin. Boluarte pun kembali mengajukan usulan untuk mempercepat pemilu menjadi Desember 2023.
Tak puas, warga tetap turun ke jalan, menuntut pemilu lebih cepat agar mereka dapat memilih pemimpin yang benar-benar diinginkan rakyat.[SB]