Teki-teki mobil sedan Audi A8 warna hitam yang disebut polisi sebagai penabrak Selvi Amalia Nuraeni, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur, akhirnya terungkap.
Seorang wanita bernama Nur (23 tahun) buka suara. Dia mengaku ada di dalam mobil tersebut bersama sopir pribadinya Sugeng Guruh Utama.
Nur mengatakan dirinya merupakan istri polisi. Suaminya merupakan salah satu penyidik kasus pembunuhan berantai Wowon Cs yang saat itu tengah berada di Cianjur. Nur mengaku ke Cianjur karena diminta suaminya.
"Saya menggunakan mobil tersebut (Audi A8 warna hitam), disuruh oleh suami saya. Karena, mobil yang biasa saya gunakan masih di bengkel," kata Nu di Kecamatan Ciranjang, Cianjur, Jumat (27/1).
Nur menuturkan, baru menggunakan mobil tersebut tiga kali karena mobil yang sering digunakannya sedang diperbaiki.
Dia mengaku berangkat dari Jakarta ke Cianjur karena diajak suaminya. Mereka rencanaya akan bertemu di salah satu tempat makan di Alam Sunda.
Setibanya di titik mereka janjikan, melintas rombongan suaminya. Nur lalu mengikuti rombongan itu karena diminta suaminya lewat telepon.
"Saya sudah janjian saya nyusul dari Jakarta menuju Puncak, saya teleponan sama bapak (suaminya), pertama kan ketemu di tempat makan Alam Sunda, saya telepon suami saya bilang saya sudah sampai lalu tidak lama di situ suami saya iring-iringan, lalu saya teleponan sama suami saya, 'ikut ya' ya udah iya ikut tutup jendelanya," ujarnya.
"Saya ikut iring-iringan di belakang atas izin dari suami saya," sambungnya.
Sedan Audi Milik Suami Seorang Perwira Polisi
Nur kembali mempertegas bahwa mobil tersebut milik suaminya. Dia mengaku dipinjamkan mobil itu karena mobilnya yang lain lagi berada di bengkel.
"Mobil itu punya suami, jadi saya tidak tahu-menahu waktu itu saya dipinjemin mobil itu karena mobil saya lagi di bengkel kalau untuk plat nomor mobilnya bagaimana itu saya tidak tahu sama sekali yang tahu suami saya," katanya.
Pengemudi mobil Audi, Sugeng Guruh Utama, yang membawa Nur, tidak tahu apakah mobil itu bodong atau tidak.
"Tidak sopan kalau saya tanyakan, ini mobilnya bodong atau gak, ini pelat nomornya palsu atau gak, kan itu tidak mungkin saya tanyakan, tugas saya hanya mengendarai mobil tersebut," imbuh Sugeng.
Sugeng menuturkan, dirinya bekerja menjadi sopir di keluarga Nur baru sepekan.
"Saya baru satu minggu bekerja," sambungnya.
Bantah Tabrak Mahasiswa Cianjur
Sugeng membantah sebagai penyusup dalam iring-iringan kendaraan polisi karena sudah mendapatkan izin untuk masuk ke dalam iring-iringan tersebut.
"Saya mau mengklarifikasi tentang kejadian yang sebenarnya, saya masuk ke dalam iring-iringan bukan saya menerobos atau saya memaksa merangsak masuk ikut, itu semua atas sepengetahuan bapak," klaim Sugeng.
"Suami bos kan anggota Kepolisian yang ikut dalam rombongan menuju ke TKP Wowon, karena sebelumnya Ibu juga sudah komunikasi dengan Bapak, dan disuruh ikut biar cepet," tambahnya.
Sugeng mengeklaim, sebelumnya ia mengira jika tidak ada lagi mobil yang ikut dalam rombongan sehingga ia masuk ke dalam rombongan.
"Pas di Alam Sunda di Cipanas itu, Ibu kan lagi komunikasi sama Bapak, jadi di sana saya masih tunggal, tidak lama kemudian ada rombongan, dan Bapak suruh ikut rombongan, setelah rombongan lewat, baru saya masuk karena sudah disuruh, awalnya saya mengira kalau saya paling akhir di rombongan, namun tidak lama saya lihat ada mobil polisi, entah rombongan atau apa namun saya lihat di belakang saya ada dua mobil Polisi," katanya.
Sempat Lihat Selvi Kehilangan Kendali
Sugeng mengaku sempat memperlambat laju kendaraan karena melihat pengendara motor yang oleng. Dia lalu menghindar.
Dia menduga mobil yang di belakangnyalah yang menabrak mahasiswa Cianjur tersebut.
"Saya lihat, kira-kira dua mobil di depan, ada perempuan memakai motor oleng mengerem seperti mau jatuh, lalu saya menghindar ke kiri, mobil di belakang saya melaju tanpa berhenti, sepengetahuan saya itu mobil anggota polisi, sekitar dua mobil, kalau jenis saya tidak tahu yang saya lihat warnanya hitam," katanya.
Sugeng mengungkapkan, setelah menghindar kemudian memperlambat laju kendaraan, karena mendengar ada suara benturan cukup kencang.
Sugeng mengaku sempat dikejar warga. Saat itu dia tidak melarikan diri, dan memberi klarifikasi kepada warga. Warga yang mendapat penjelasan dari Sugeng lalu meninggalkan lokasi.
"Setelah kurang lebih satu kilometer, saya dikejar oleh warga memakai motor, saya kooperatif saya berhenti ke pinggir, saya parkir mobil saya refleks ambil handphone rekam video, saya turun dari kendaraan, orang tersebut langsung marah-marah dan menuduh saya pelakunya, karena saya menjaga emosi warga yang langsung menuduh begitu saja tanpa tahu pembuktian," ungkapnya.
"Kemudian saya ajak mereka untuk membuktikan, saya terangkan kalau mobil saya yang kemudikan mobil jenis sedan Audi ceper Pak rendah banget kita cek dulu apa betul yang dituduhkan, semua dicek dan ada bukti videonya, tidak ada lecet tidak ada penyok termasuk ban, mobil itu dikelilingi semua tidak ada sedikitpun jadi yang dituduhkan tidak benar akhirnya yang mengejar ini meminta maaf karena salah paham salah kejar mobil dan dipersilakan melanjutkan kembali perjalanan," bebernya.
Karena tidak merasa menabrak, kemudian Sugeng melanjutkan perjalanan kembali ke arah Bandung.
"Saya tahu kalau saya dituduh sebagai penabrak tahu dari media, awalnya saya biasa saja dan mobil sudah saya serahkan, kemudian saya berani terbuka karena saya memang tidak merasa, saya ingin meminta perlindungan," tandasnya. [SB]