Dalam video yang diunggah di kanal YouTubenya, pengamat politik Refly Harun memperkirakan bahwa Istana tidak akan pernah bisa berdamai dengan kelompok 212.
Menurut Refly, keduanya tidak bisa berdamai karena Istana meng-endorse orang lain yang dijagokan maju sebagai calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
"Saya perkirakan kekuasaan tidak akan pernah berdamai dengan kelompok 212 ini, karena apa tidak bisa berdamai, karena kekuasaan atau Istana itu meng-endorse orang," tutur Refly Harun.
"Jadi kalau seandainya dia perbaiki dengan 212, maka yang akan mendapatkan limpahan elektoralnya tentu Anies Baswedan, karena Anies Baswedan lah yang barangkali akan jauh lebih didukung oleh kelompok 212 ini, dan itu karena dia berada di posisi sayap kanan," lanjutnya.
Lebih lanjut, ahli hukum tata negara itu menyebut bahwa pihak Istana terus membusukkan kelompok 212 melalui Islamophobia yang kerap dimunculkan.
"Nah kepentingan Istana adalah terus membusukkan kelompok 212 ini melalui gerakan-gerakan Islamophobia yang selama ini sering dengar kita di kanal-kanal YouTube pro-Istana, misalnya," tandasnya.
Diketahui, kelompok 212 disebut-sebut lebih condong memberikan dukungan kepada Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sementara, Istana disebut condong meng-endorse Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Anies Baswedan telah dideklarasikan sebagai calon presiden (capres) oleh Partai NasDem pada 3 Oktober lalu.
Selain didukung oleh NasDem, mantan rival Ahok di Pilkada DKI 2017 itu juga didukung oleh PKS dan Partai Demokrat.
Ketiga partai tersebut bersatu dalam Koalisi Perubahan.
Sementara itu, Ganjar Pranowo hingga kini masih belum dideklarasikan oleh partai mana pun, termasuk partainya sendiri yakni PDI Perjuangan (PDIP).[sb]