Presiden China Xi Jinping minta rakyatnya agar selalu siaga perang dan terus memperkuat pelatihan serta persiapan militer hadapi segala macam bentuk perang.
Berita lainnya ada alah soal alasan Arab Saudi memenjarakan Pangeran Abdullah bin Faisal Al Saud.
Berikut sejumlah kabar dalam 24 jam terakhir yang terangkum dalam Kilas Internasional:
Xi Jinping Minta Tentara Siaga Perang: China Sedang Tak Baik-baik Saja
Presiden China Xi Jinping menegaskan negaranya terus memperkuat pelatihan dan persiapan militer dalam menghadapi segala macam bentuk perang apa pun.
Menurut laporan lembaga penyiaran China, CCTV, Xi menganggap saat ini keamanan China semakin tidak menentu dan tidak stabil.
Dikutip Reuters, Xi tidak merinci ancaman seperti apa yang saat ini dihadapi China.
Namun, belakangan eskalasi ketegangan antara China dan Taiwan terus meningkat. China terus melancarkan berbagai provokasi militer sejak kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, dan beberapa pejabat lainnya ke Taipei pada Agustus lalu.
Kenapa Pangeran Abdullah Dibui Saudi 30 Tahun di Bawah MbS?
Pemerintahan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) disebut menjatuhkan hukuman penjara 30 tahun terhadap Pangeran Abdullah bin Faisal Al Saud pada Agustus lalu.
Mulanya, Pengadilan Arab Saudi memvonis Abdullah 20 tahun bui, tetapi beberapa bulan lalu hukuman tersebut bertambah sepuluh tahun menjadi 30 tahun bui
Salah satu sumber kerajaan mengungkapkan bahwa pihak berwenang Saudi menangkap Abdullah karena ketahuan membahas penahanan sepupunya, yang juga seorang pangeran, dengan kerabat dia via telepon. Ketika itu, ia masih berada di Amerika Serikat.
Kenapa MbS Penjarakan Banyak Pangeran Saudi?
Lebih dari 20 pangeran Kerajaan Arab Saudi mendekam di penjara sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) menjalankan pemerintahan negara itu pada 2017 lalu.
Menurut salah satu sumber, MbS menangkap mereka karena diduga melancarkan kudeta terhadap pemerintahannya, demikian dikutip Middle East Eye Monitor.
"MbS menuduh mereka [para pangeran] melakukan komunikasi dengan kekuatan asing, termasuk Amerika dan lainnya, untuk melakukan kudeta," kata sumber itu.[SB]