Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berkoalisi membentuk kabinet baru dengan 'musuh bebuyutannya' dari koalisi Barisan Nasional (BN), termasuk Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) di dalamnya.
Anwar mengatakan koalisi yang dipimpin, Pakatan Harapan (PH), meraih suara mayoritas di parlemen dengan dukungan penuh dari koalisi Barisan Nasional.
"Kami mengapresiasi bahwa sekarang kami memegang komitmen dari seluruh 30 anggota parlemen dari Barisan Nasional," kata Anwar saat konferensi pers pertama sebagai PM pada Kamis(24/11), seperti dikutip The Star.
Saat ditanya soal posisi wakil perdana menteri, Anwar mengisyaratkan jabatan tersebut akan diberikan ke Barisan Nasional.
Lebih lanjut, Anwar mengatakan karena perdana menteri berasal dari Pakatan Harapan, maka peran wakil perdana menteri akan dipegang oleh koalisi komponen lain. Dalam hal ini merujuk pada Barisan Nasional atau Gabungan Partai Sarawak (GPK). Ketiganya akan menjadi koalisi terbesar di Malaysia.
Meski bakal menjadi mayoritas, Anwar dan BN memiliki rekam jejak permusuhan.
Ia pernah bekerja sama dengan eks Perdana Menteri Mahathir Mohamad untuk meruntuhkan koalisi berkuasa di Malaysia, Barisan Nasional.
Anwar diketahui juga pernah menjadi wakil perdana menteri di era Mahathir. Di suatu waktu Mahathir sempat memberikan kekuasaan interim PM karena janji dan urusan tertentu.
Dalam jangka waktu itu, Anwar merombak pemerintahan dan membongkar semua kebusukan partai utama di koalisi BN, Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang dianggap mulai rapuh akibat sistem kroni, korupsi, dan nepotisme di tubuh partai.
Di era itu, Mahathir merupakan anggota UMNO. Sejak saat itu, semua berubah. Anwar dituduh atas dugaan korupsi dan percobaan penghalangan kasus sodomi yang dituduhkan kepadanya.
Di balik penjara Anwar membentuk koalisi Pakatan Harapan (PK) yang terdiri dari PKR, PAS, dan DAP.
Saat Mahathir tak lagi menjabat PM, ia merapat ke Anwar untuk membentuk kekuatan baru agar bisa membongkar kebusukan PM Najib Razak. Razak merupakan anggota UMNO.
Anwar kemudian memaafkan Mahathir dan memilih bekerja sama untuk memukul mundur BN dari pemerintah federal.
Menurut dia, persahabatan baru dengan Mahathir itu perlu dilakoni demi bisa memberantas korupsi yang mengakar kuat dalam pemerintahan Malaysia selama ini.
Mereka bekerja sama membongkar kebusukan pemerintahan Najib, termasuk kasus korupsi.
Kemudian pada 2018, BN, untuk pertama kalinya, kalah dalam Pemilu Malaysia dan popularitas mereka menurun.[SB]