Selain "perebutan" posisi cawapres, ada kendala eksternal yang diduga ikut memengaruhi psikologi PKS dan Demokrat.
Muncul godaan dari koalisi lain yang memanggil PKS dan Demokrat bergabung. Seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Gerindra-PKB.
Situasi ini membuat PKS, maupun Demokrat merasa di atas angin. Mereka merasa tidak perlu terburu-buru sebelum ada kesepakatan terbaik.
Sebab, ketiga partai memang saling sandera. Satu saja mundur dari rencana koalisi ini, dipastikan syarat mengusung capres tak akan terpenuhi.
Sejauh ini, Demokrat menyodorkan putra Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga Ketua Umum DPP Demokrat.
Sementara PKS memasang nama Ahmad Heryawan, kader PKS yang juga eks Gubernur Jawa Barat dua periode.
Kondisi ini terbaca sebagai kondisi degan tensi psikologi yang relatif tinggi. Belum ada kesepahaman dan titik temu di antara Anies dan partai yang akan mengusungnya.
"Misalnya, Demokrat yang ngotot AHY harus cawapres. Saya kira itu mungkin yang belum didapat," urai analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Suryadi Culla, kemarin.
Agar koalisi tetap jalan, Anies maupun Nasdem harus mengakomodasi atau mempersatukan figur yang diusung kedua partai ini.
Hanya saja, di lain sisi, hasil survei untuk kedua figur, tidak begitu kuat jika berpasangan dengan Anies. Baik AHY, maupun Aher.
Ketika dipaketkan dengan Anies, koalisi akan berpikir panjang. Sebab, tak bisa mengungkit signifikan elektabilitas koalisi pada Pilpres 2024 nanti. Hasilnya juga tak akan terlalu baik bagi partai pengusung.
"Partai koalisi itu, kan, tidak sekadar mengusung. Partai tentu ingin menang dan itu yang dipikirkan sebelum mendeklarasikan cawapres," jelas dosen FISIP Unhas itu.
Langkah lain agar koalisi ini tetap jalan, Anies dan Nasdem harus mengambil cawapres di luar dari Demokrat dan PKS. Memilih figur yang secara survei lebih tinggi dari AHY dan Aher.
Adi menilai ada beberapa figur yang cocok. Misalnya, Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Erick Thohir (Menteri BUMN), dan Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat).
"Termasuk Andi Amran Sulaiman (eks Menteri Pertanian)," saran Adi.
Cara inilah yang lebih aman untuk memberi keadilan kepada Demokrat dan PKS yang sama-sama ingin memasangkan kader. Dengan begitu, PKS dan Demokrat bisa jalan dengan kesetaraan.
Meski demikian, Nasdem, Demokrat, dan PKS tetap yakin koalisi akan tetap terjalin. Anies yang merupakan usungan Nasdem, bahkan menegaskan koalisi dengan Demokrat dan PKS akan segera terbentuk.
Deklarasi diakui hanya tertunda karena mekanisme pembahasan Demokrat dan PKS belum selesai.
"Setelah tuntas, tapi kita optimis insya allah segera, untuk koalisi kita bersama-sama. Nanti kita jalan bareng-bareng," kata Anies usai menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-11 Partai Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.[SB]